JAKARTA, KOMPAS.com — Tradisi Nadran atau sedekah laut masih terus dijaga dan dilestarikan oleh para nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, sebagai bentuk ungkapan syukur atas rezeki yang diperoleh dari laut.
"Jadi, kita jangan memetiknya saja, tapi menanam juga. Dari situ lah, kami harus adakan sedekah laut," ujar Nunung, panitia acara Nadran 2025, saat ditemui di lokasi, Selasa (22/7/2025).
Tradisi Nadran dilakukan dengan melarung berbagai sesaji ke tengah laut sebagai bentuk persembahan. Para nelayan percaya, dengan Nadran, hasil tangkapan mereka ke depan akan lebih melimpah.
Baca juga: Warga Muara Angke Gelar Tradisi Nadran Tanpa Bantuan Biaya dari Pemerintah
"Yang kami sedekahkan satu ekor kerbau, dua ekor kambing kita sajikan buat dilarungkan ke tengah laut," jelas Nunung.
Selain kepala kerbau dan kambing, nelayan juga menyiapkan dua perahu miniatur yang diisi dengan aneka sesaji seperti dupa, kembang, buah-buahan, sayur mayur, berbagai jenis minuman, dan uang.
Dua miniatur perahu tersebut kemudian dilarung bersama sesaji ke laut, tepatnya di kawasan sekitar Pulau Damar, Kepulauan Seribu.
Usai prosesi larung, para nelayan memandikan kapal mereka dengan air laut yang telah bercampur sesaji. Mereka percaya air tersebut membawa keberkahan.
"Air yang sudah bercampur dengan larung, disiram ke kapal biar berkah kapalnya," kata seorang nelayan, Antoni (40).
Tak hanya itu, sejumlah warga juga mencuci muka, berenang di air yang sudah bercampur sesaji dalam botol plastik.
Baca juga: Warga Muara Angke Modal Rp 500 Juta untuk Gelar Tradisi Nadran
Bahkan, sebagian warga lagi banyak yang membawa pulang air laut bercampur sesaji itu dengan menggunakan botol plastik.
Air itu nantinya akan digunakan untuk menyiram kapal yang tidak beroperasi saat ini.
Suasana pun menjadi riuh saat sebagian warga, terutama pemuda, berebut sesaji yang telah dilarung.
Beberapa dari mereka bahkan nekat melompat ke laut demi mendapatkan amplop berisi uang dari perahu miniatur.
Menurut Antoni, warga boleh mengambil berbagai sesaji, termasuk uang yang sudah dilarung ke tengah laut.
"Banyak yang mengambil uang amplop-amplop," ujar Antoni.