JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua dirundung rasa khawatir karena anaknya bermain gim online Roblox.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Aditya Nugrha (34) misalnya, cemas jika Roblox menampilkan teks atau visual yang tidak sepatutnya dilihat anak di bawah umur.
"Ketakukan tentu ada, karena saya sebagai orangtua tidak bisa mengawasi tampilan yang muncul di layar handpone sepanjang waktu. Bisa saja ada chat atau gambar yang tidak baik muncul," ucap Aditya kepada Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Meski dirundung rasa takut, Aditya tetap memperbolehkan putrinya yang masih berusia tujuh tahun dan duduk di kelas 2 sekolah dasar (SD) bermain Roblox.
Baca juga: Khawatir Anak Kecanduan Roblox, Orangtua Batasi Penggunaan Ponsel
Sebab, bagi Aditya, Roblox tetap menawarkan sejumlah manfaat untuk perkembangan anak. Misalnya, memperkenalkan berbagai visual, melatih logika, melatih membaca, dan mengembangkan kemampuan imajinasi anak.
Namun, untuk mencegah putrinya kecanduan bermain gim online itu, Aditya tak mengizinkan putrinya bermain Roblox seharian. Ia dan sang istri pun selalu membatasi putri mereka bermain ponsel.
Selain itu, ketika putrinya bermain ponsel, khususnya Roblox, Aditya dan sang istri selalu melakukan pengawasan ketat.
"Saat bermain handpone biasanya diberikan batasan waktu yang bervariasi, mulai dari 30 menit sampai satu jam, tergantung dari aktivitas yang dimiliki anak. Bisa saja tidak main sama sekali jika ada ulangan harian," ucap Aditya.
Orangtua lain, Fitri (30), juga mengatakan bahwa putrinya kerap bermain Roblox. Menurut Fitri, selama anaknya masih mau bersosialisasi dan tidak menunjukkan perilaku buruk yang dicontoh dari Roblox, ia tak melarang anaknya main gim online itu.
"Selagi masih bersosialisasi dan melalukan hal positif, kami tidak takut. Terkecuali anak tersebut sudah di luar batas anak sewajarnya dalam melakukan sesuatu," jelas Fitri.
Fitri pun selalu berusaha melakukan pengawasan ketat dan membatasi putrinya dalam menggunakan ponsel.
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti melarang anak-anak bermain Roblox karena sering menampilkan adegan kekerasan.
Baca juga: Pro Kontra Orangtua Soal Larangan Roblox: Antara Melatih Logika dan Picu Tantrum
Dengan tingkat intelektualitas anak-anak yang masih terbatas, Mu'ti menilai, anak-anak cenderung akan meniru apa yang dilihat.
"Misalnya mohon maaf ya, kalau di gim itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di gim. Kalau dia main dengan temannya, kemudian temannya dibanting, kan jadi masalah," ujar Mu'ti, Senin (4/8/2025).
Mu'ti meminta orangtua memandu anak-anaknya untuk tidak mengakses informasi-informasi, termasuk gim-gim daring yang mengandung kekerasan.
la mendorong orangtua lebih mengarahkan anak pada aktivitas fisik dan sosial yang bermanfaat, serta membatasi penggunaan perangkat digital hanya untuk tujuan edukatif.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini