JAKARTA, KOMPAS.com — Kesadaran konsumen terhadap dampak sosial dan lingkungan dari produk yang mereka beli terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena ini memicu tren mindful consumerism yang juga mulai menguat di Indonesia, sekaligus menuntut brand lokal untuk mengadopsi mindful production sebagai langkah strategis.
Menurut laporan IBM tahun 2023, sebanyak 62 persen konsumen global bersedia mengubah perilaku belanjanya demi mengurangi dampak lingkungan.
Baca juga: Brand Lokal dan UMKM Cetak Penjualan 7 Kali Lipat di Puncak Shopee 12.12 Birthday Sale
Di Indonesia, tren ini semakin nyata, khususnya pada generasi muda. Hal ini ditegaskan oleh Head of Emerging Brand Hypefast, Abdurrahman Robbani.
“Produksi yang sadar bukan berarti harus mahal atau sempurna. Ini tentang mengambil keputusan dengan mempertimbangkan manusia, lingkungan, dan masa depan,” ujar Rahman dalam keterangannya, Selasa (8/7/2025).
“Brand lokal punya keunggulan di sisi cerita dan kedekatan dengan komunitas. Itu kekuatan besar yang bisa dioptimalkan jika proses produksinya juga selaras dengan nilai tersebut," tuturnya.
Sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) disebut sebagai penyumbang utama limbah di Indonesia.
Baca juga: Bibit dan Stockbit Gandeng Brand Lokal Mine., Ajak Generasi Muda Berinvestasi
Data Bappenas memproyeksikan, jika tidak ada perubahan signifikan, industri ini akan menghasilkan sekitar 3,9 juta ton limbah pada 2030. Pewarna tekstil yang mencemari air, bahan polyester yang menjadi mikroplastik, hingga sisa potongan kain menjadi ancaman serius bagi ekosistem.