JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja, merespons rencana pemerintah yang ingin menggunakan bioavtur dari minyak jelantah untuk pesawat terbang.
Menurut dia, langkah ini memang bertujuan mengurangi biaya operasional penerbangan dalam jangka panjang.
Namun, bila diterapkan tanpa perencanaan matang, bisa berdampak pada harga tiket.
“Used cooking oil ini pengelolaan jangka panjangnya memang harus me-reduce cost dari penerbangan, jadi jangka panjangnya kalau operational expenditure-nya ini makin lama makin efisien tentu bukan tarifnya makin murah tapi semakin affordable dan traffic-nya juga akan semakin meningkat,” ujarnya seusai menghadiri Indonesia Aero Summit di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Baca juga: IATA Bikin Matchmaker, Jodohkan Maskapai dengan Avtur Ramah Lingkungan
Ia menjelaskan struktur harga tiket pesawat melibatkan banyak komponen, mulai dari bahan bakar avtur, tarif per kilometer, pajak, hingga surcharge.
Jika distribusi bioavtur dari minyak jelantah tidak dirancang efisien, biaya bisa membengkak.
“Nah makanya ini perencanaannya harus komprehensif, feasibility studinya harus komprehensif sehingga used cooking oil yang sudah tersebar di seluruh Indonesia ini jangan dikumpulkan di satu titik sehingga distribusinya akan double cost kan. Dalam pengembangannya dan membuat feasibility studynya untuk penerapannya ini nanti harus komprehensif,” kata Denon.
Baca juga: Kilang Pertamina Cilacap Produksi Avtur dari Campuran Minyak Jelantah
Sebelumnya, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo menilai penggunaan bioavtur dari minyak jelantah sebagai langkah ramah lingkungan.
Meski begitu, ia menyoroti dua hal yang perlu diwaspadai: harga dan ketersediaan.
“Kalau sudah menjadi bioavtur, itu sudah aman digunakan. Tapi masalahnya adalah harganya yang masih mahal dan jumlah produksinya terbatas. Kalau harga bioavturnya mahal dan jumlahnya terbatas, tentu saja ini tidak worth it bagi maskapai,” ujar Gatot saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/6/2025).
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini