KOMPAS.com-Ekonom senior yang juga Tenaga Ahli di Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Fithra Faisal, menilai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen pada kuartal II 2025 menunjukkan konsumsi masyarakat mulai meningkat.
Namun, ia menegaskan daya beli belum sepenuhnya pulih.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga.
Konsumsi menyumbang lebih dari setengah Produk Domestik Bruto (PDB), yakni 54,25 persen, dengan andil terhadap pertumbuhan sebesar 2,64 persen.
“Kontributor terbesar masih konsumsi, 54 persen lebih, dan pertumbuhannya lumayan bagus, 4,97 persen dibandingkan kuartal I yang 4,89 persen. Ini lumayan lah,” kata Fithra saat ditemui di Jakarta, Rabu (6/8/2025), seperti dilansir Antara.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 5,12 Persen Anomali, Ekonom Ragukan Data BPS
Menurut dia, angka itu mencerminkan arah yang membaik meski belum menunjukkan pemulihan daya beli secara penuh.
“Masih di bawah pertumbuhan ekonomi. Pelemahan atau daya beli yang belum terlalu kuat itu masih kelihatan,” ujarnya.
Meski belum optimal, ia menilai perbaikan konsumsi rumah tangga mengindikasikan dampak dari stimulus pemerintah mulai terasa.
“Trajektorinya lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Artinya efek dari stimulus ke disposable income itu kerasa,” ucapnya.
Fithra juga menggambarkan situasi konsumsi masyarakat lewat istilah yang akrab di telinga publik, seperti Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya).
“'Rojali', 'Rohana' yang rombongan hanya lihat-lihat, rombongan hanya nanya-nanya di mal. Sebenarnya ini tidak menunjukkan pelemahan yang sangat signifikan dari daya beli karena memang ada aktivitas switching, ya. Di sektor e-commerce juga meningkat datanya,” jelas dia.
Baca juga: Ketika Angka Pertumbuhan Ekonomi Dipertanyakan
Meski konsumsi belum menembus angka 5 persen, Fithra menyebut tren pertumbuhan sudah mengarah ke jalur yang lebih baik.
“Belum terlalu robust, tapi setidaknya kalau kita lihat dari sisi konsumsi itu ada trajektori yang meningkat meskipun masih suboptimal, yaitu 4,97 persen,” tuturnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya