JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding memberikan pendampingan dan memfasilitasi kepulangan pekerja migran ilegal yang menjadi korban kapal tenggelam di perairan Karimun pada Senin (6/1/2025).
Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (7/1/2025), para pekerja migran yang menjadi korban dari kapal tenggelam tersebut dievakuasi KRI SIWAR-646 ke Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun.
Kemudian, setelah proses evakuasi, terdata korban kapal tenggelam berjumlah sembilan orang.
Korban yang sudah berhasil dievakuasi, antara lain Ismail (41), Matrae (45), Imam (40), dan Nono (40). Sementara itu, korban yang berhasil dievakuasi dan dalam kondisi sakit adalah Liman (40), dan Nawiyah (37).
Sementara korban yang belum ditemukan atau dalam pencarian adalah balita berusia 2,5 tahun bernama Nur Asifa. Kemudian, seorang anak buah kapal (ABK) yang berada dalam pengamanan TNI AL (nama belum terkonfirmasi) dan Nahkoda kapal.
Baca juga: Kapal Angkut Pekerja Migran Ilegal Tenggelam di Perairan Karimun, 6 Selamat, 3 Hilang
“Saya mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang memfasilitasi korban kapal tenggelam di perairan Karimun,” kata Abdul Kadir dalam keterangan resmi, Selasa.
“Saya berharap korban yang masih hilang segera ditemukan dan mereka yang terlibat pemulangan pekerja migran lewat jalur ilegal diproses sesuai hukum yang berlaku,” ujarnya lagi.
Sebagai informasi, korban tenggelam bernama Imam, Liman, dan Ismail, didapati hendak pulang dari Malaysia ke Batam, Indonesia lewat jalur ilegal.
Dalam keterangannya, Imam mengungkapkan bahwa dirinya mendapat informasi dari orang tidak dikenal yang membuka jasa akomodasi ke Malaysia menuju Batam lewat jalur belakang dengan biaya 3.500 ringgit per orang.
Baca juga: BP2MI Ungkap Luar Negeri Minta 1,35 Juta Pekerja, Indonesia Baru Bisa Kirim 297.414 Orang
Pada hari keberangkatan, Imam dan istrinya Liman lebih dahulu menuju Pantai Perling di Johor, Malaysia untuk bertemu Ismail.
Ketiganya bersama rombongan lainnya berangkat naik kapal pukul 23.00 WIB, pada 5 Januari 2024.
Namun, belum jauh melaju, mesin kapal yang mereka tumpangi mati dan mengalami kebocoran akibat diterjang ombak tinggi.
Kapal sempat terombang-ambing, dan kebocoran makin parah membuat kapal tenggelam. Penumpang kapal termasuk pekerja migran Indonesia berusaha bertahan menyelamatkan diri dengan mengapung di lautan memakai pelampung seadanya.
“Saat situasi itu, kapal tanker lewat dan menyelamatkan para korban dan satu anak buah kapal (ABK) yang kemudian diamankan TNI AL,” ujar Imam.
Baca juga: BP2MI Akan Bangun 100 Balai Vokasi untuk Tingkatkan Kualitas Pekerja Migran Indonesia
Di sisi lain, kronologi berbeda disampaikan Nono, istrinya Nawiyah, dan Matrae.