JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Ace Hasan Syadzily, menyatakan kondisi geopolitik internasional sedang tidak baik-baik saja dan berdampak ke Indonesia.
"Saat ini kondisi geopolitik dunia tidak sedang baik-baik saja. Perkembangan dunia dipengaruhi perubahan landscape geopolitik global yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan bernegara," kata Ace dalam paparannya di Gedung Lemhannas, Jakarta Pusat, Selasa (6/5/2025).
Baca juga: Lemhannas Minta Aparat Tindak Tegas Preman Berkedok Ormas Hambat Investasi
Hal tersebut disampaikan dalam sambutan pembukaan Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan ke-25 tahun 2025 yang diikuti oleh 100 peserta dari berbagai instansi strategis.
Ace menyoroti pentingnya penguatan kapasitas kepemimpinan nasional di tengah kondisi geopolitik dunia yang semakin dinamis.
Baca juga: Prabowo: Sekian Puluh Tahun RI Jadi “Good Boy” di Dunia
Soal rivalitas negara adidaya, menurutnya, telah bergeser dari tatanan unipolar ke arah multipolar, dengan pendekatan realisme yang kian menonjol.
Ia menyoroti kebijakan “Trump 2.0” di Amerika Serikat yang mengedepankan kepentingan nasional semata dan berimplikasi pada menurunnya stabilitas global.
“Kondisi ini telah membawa dampak terhadap kenaikan harga dan inflasi serta pergeseran perdagangan atau trade diversion yang memicu ketidakstabilan mata uang dan perubahan arah investasi," ujar dia.
"Berbagai kondisi tersebut pada akhirnya memengaruhi ketahanan nasional suatu bangsa, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk Indonesia di dalamnya," tambahnya.
Situasi tersebut, imbuh Ace, juga turut memengaruhi kondisi geoekonomi dunia.
Kebijakan perdagangan proteksionis, terganggunya rantai pasok, hingga kenaikan inflasi global turut memberikan dampak terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Menghadapi tantangan tersebut, menurut Ace, Indonesia membutuhkan pemimpin strategis nasional yang tangguh dan memiliki empat karakter utama.
Baca juga: Lemhannas Tak Akan Kaji Wacana Mencopot Gibran: Keputusan Sudah Final
Empat karakter itu antara lain berpegang pada konsensus dasar kebangsaan, memahami dinamika geopolitik, mampu merumuskan kebijakan strategis, serta berkontribusi aktif dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 sesuai Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Keseluruhan materi dan kompetensi tersebut pada akhirnya akan diintegrasikan pada kegiatan studi strategis dalam negeri, studi strategis luar negeri, dan olah sistem ketahanan nasional yang bermuara pada konsep dan pemikiran yang akan saudara-saudara tuangkan sebagai pemimpin nasional dalam kertas kerja perorangan dan seminar nasional," tutur politikus Partai Golkar ini.
Baca juga: Pramono Ingin ASN Jakarta Digembleng di Lemhannas buat Perkuat Wawasan Kebangsaan
Ace menjelaskan bahwa program pendidikan ini merupakan transformasi dari Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA), dengan penyempurnaan baik dari sisi nomenklatur maupun durasi pendidikan.
Jika sebelumnya berlangsung selama 5,5 bulan, kini P3N diselenggarakan selama 3,5 bulan tanpa mengurangi substansi kurikulum.
“Revisi dan penyesuaian ini sama sekali tidak mengurangi tujuan pembelajaran dalam rangka memantapkan kapasitas kepemimpinan nasional sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis," tegasnya.
Ia menambahkan, metode pembelajaran dan sistem evaluasi pendidikan pun telah diperbarui.
Para peserta akan menjalani penilaian yang mencakup aspek akademik, kognitif, afektif, hingga psikomotorik, yang dinilai melalui tugas-tugas seperti kertas kerja perorangan dan seminar nasional.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini