Kenapa Tautan di Situs Web Warnanya Biru, Ini Penjelasannya

Kompas.com - Diperbarui 15/10/2025, 07:26 WIB
Marsha Bremanda,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber Inc.

KOMPAS.com - Saat melihat laman berita, blog, atau situs belanja di perangkat digital seperti komputer atau ponsel, ada beberapa teks atau frasa yang tampil dengan warna berbeda, biasanya biru.

Warna ini umumnya dipakai sebagai "tanda" bahwa teks tersebut merupakan sebuah hyperlink (tautan) yang ketika diklik, bisa mengarahkan pengguna ke tampilan situs web lain. 

Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa hampir semua hyperlink di internet selalu muncul dengan warna biru? Apakah ada teori atau hasil riset tertentu yang melatarbelakangi pemilihan warna ini?

Jawabannya, tidak. Pemilihan warna biru sebagai tanda hyperlink justru muncul karena alasan yang sederhana dan bersifat pribadi bagi pembuatnya, Marc Andreessen. Ia merupakan salah satu pionir internet dan pencipta web browser pertama di dunia, Mosaic.

Baca juga: Sejarah Singkat Simbol @, Apa Artinya?

Dipilih karena "alasan pribadi"

Dalam sebuah video podcast bertajuk "Marc Andreessen: Blogposts, Tweetstorms, and Manifestos" yang diunggah di kanal YouTube David Perell, Andreessen menjelaskan bahwa ia memilih warna biru untuk hyperlink murni karena alasan pribadi.

Andreessen mengatakan, dirinya sangat menyukai warna biru. Menurut dia, warna ini sangat cocok tampil di layar komputer saat itu karena dinilai punya kesan "tegas" dan bisa terlihat dengan jelas.

"Karena saya suka biru. Warnanya tegas, terlihat jelas di layar. Dan waktu itu, tautan memang harus punya warna yang berbeda," jelas Andreessen, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Inc.

Ilustrasi manfaat mode gelap di HP.Unsplash Ilustrasi manfaat mode gelap di HP.

Yang menarik, Andreessen mengaku bahwa dulu ia ingin agar browser ciptaannya bisa memiliki layar dengan tampilan latar belakang (background) dengan warna gelap (dark mode). 

Alasannya yaitu karena mata Andreessen cukup sensitif, terutama terhadap warna-warna terang. Seperti yang diketahui, saat itu, layar web hanya punya satu opsi warna, yaitu abu-abu polos.

"Yang sebenarnya saya inginkan adalah mode gelap. Namun saat itu, saya belum bisa mewujudkannya karena teknologinya belum memadai," tambah Andreessen.

Keinginan Andreessen sendiri kini sudah terwujud. Banyak peramban bahkan aplikasi yang menawarkan dark mode sebagai opsi alternatif di semua perangkat digital. 

Yang menarik, meski mode tampilannya sudah dan terus berkembang, warna biru yang menjadi penanda hyperlink di layar masih tetap dipertahankan. Bahkan, tampilan ini sepertinya telah menjadi bagian penting dari identitas visual web browser.

Baca juga: Sejarah World Wide Web atau WWW, Penemunya Tim Berners Lee Tahun 1989

Dari Mosaic ke era browser modern

Seperti disinggung di atas, Andreessen merupakan sosok penting di balik terciptanya Mosaic. Ini merupakan web browser pertama di dunia yang mampu menampilkan teks serta gambar dalam satu halaman.

Mosaic sendiri dirilis pada tahun 1993 dan pada saat itu, diklaim sebagai salah satu metode yang paling populer untuk menjelajahi World Wide Web (WWW). 

Kehadiran peramban ini pun menandai awal penggunaan warna biru untuk hyperlink di layar web. Sebab, keputusan Andreessen untuk menggunakan warna tersebut sebagai simbol tautan masih terus digunakan sampai detik ini.

Bahkan, warna biru hyperlink gagasan Andreerssen tampaknya sudah menjadi standar default bagi tautan di seluruh browser modern, seperti Chrome, Mozilla Firefox, Edge, dan lain sebagainya.

Baca juga: Mengenal Martin Cooper, Sang Penemu Telepon Genggam

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau