KOMPAS.com - Teknologi pengisian daya cepat atau fast charging menjadi fitur andalan di hampir semua ponsel pintar. Dengan kemampuan mengisi daya hingga 50 persen hanya dalam beberapa menit, fitur ini menjawab kebutuhan pengguna yang aktif dan memiliki mobilitas tinggi.
Tak heran jika produsen berlomba menghadirkan teknologi pengisian cepat dengan daya yang semakin besar, mulai dari 30 watt hingga lebih dari 100 watt. Namun di balik kenyamanan tersebut, muncul pertanyaan penting: apakah fast charging benar-benar aman untuk baterai dalam jangka panjang?
Pasalnya, banyak pengguna khawatir bahwa proses pengisian daya yang begitu cepat bisa menimbulkan panas berlebih atau mempercepat degradasi sel baterai.
Di sisi lain, produsen justru mengklaim bahwa teknologi fast charging modern sudah dilengkapi sistem manajemen daya cerdas, kontrol suhu, dan algoritma pengisian adaptif yang mampu menjaga stabilitas dan keamanan baterai selama proses pengecasan berlangsung.
Lantas, mana yang benar, cepat tapi aman, atau cepat tapi berisiko? Selengkapnya berikut ini penjelasannya.
Baca juga: HP Vivo V30 Lite 4G Meluncur, Bawa Fast Charging 80 Watt
Secara umum, fast charging tergolong aman jika dilakukan dengan charger resmi dan dalam kondisi normal. Namun, para ahli menegaskan bahwa pengisian cepat tetap dapat mempercepat penuaan baterai bila digunakan terlalu sering atau tanpa kontrol suhu yang memadai.
Dilansir dari laman EcoFlow, fast charging bisa menyebabkan peningkatan suhu signifikan karena semakin besar arus dan tegangan yang masuk, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan.
Jika ponsel terus-menerus terkena panas tinggi saat diisi daya, struktur kimia baterai dapat melemah, yang pada akhirnya menurunkan kapasitas dan daya tahannya.
Selain panas, fast charging juga dapat memicu fenomena bernama lithium plating, yakni penumpukan ion litium yang tidak merata pada anoda baterai akibat arus tinggi. Akumulasi ini bisa menyebabkan penurunan kapasitas permanen atau dalam kasus ekstrem, hubungan pendek internal (short circuit).
Menurut laporan XYZTech, kondisi ini memang jarang terjadi pada ponsel modern karena sebagian besar perangkat kini sudah dilengkapi sistem manajemen daya pintar (smart power management) yang mengatur arus, tegangan, dan suhu secara real time. Sistem ini memastikan proses pengisian tetap aman tanpa melewati batas kemampuan sel baterai.
Lebih lanjut, produsen ponsel besar seperti Samsung, Xiaomi, dan Oppo juga telah merancang baterai mereka agar lebih tahan terhadap tekanan pengisian cepat.
Komponen chip pengatur daya (Power Management IC) di dalam perangkat bertugas memantau suhu dan menyesuaikan kecepatan pengisian secara dinamis. Dengan sistem ini, daya disalurkan secara bertahap untuk mencegah lonjakan suhu berlebihan.
Maka dari itu, fast charging tidak otomatis berbahaya, selama pengguna mematuhi rekomendasi produsen, seperti menggunakan charger dan kabel asli, tidak mengisi daya di suhu ekstrem, serta menghindari pengisian saat baterai hampir penuh atau sangat kosong.
Kesimpulannya, fast charging aman bila digunakan dengan benar, tetapi dapat mempercepat penurunan kualitas baterai jika dilakukan terlalu sering atau dengan perangkat yang tidak sesuai standar.
Dilansir dari beberapa sumber teknologi seperti laman EcoFlow dan XYZTech, fitur pengisian cepat memang memberikan efisiensi waktu, tetapi menjaga kesehatan baterai tetap menjadi kunci agar ponsel awet digunakan dalam jangka panjang.
Baca juga: iQoo 11S Meluncur, Punya Fast Charging 200 Watt dan Storage 1 TB
Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.
Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang