Ringkasan berita:
KOMPAS.com - Sebuah teknologi kacamata pintar dikembangkan untuk membantu pasien lanjut usia (lansia) dengan gangguan penglihatan akibat penyakit degeneratif agar bisa kembali melihat.
Hasil uji coba menunjukkan, sebagian besar peserta penelitian berhasil mengalami pemulihan penglihatan setelah menggunakan perangkat ini.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal The New England Journal of Medicine ini melibatkan 38 pasien berusia di atas 60 tahun yang menderita age-related macular degeneration (AMD).
AMD adalah penyakit degeneratif pada retina yang menyebabkan penurunan fungsi penglihatan secara perlahan. Sebanyak 32 pasien menyelesaikan uji klinis selama satu tahun.
Adapun secara khusus, penelitian ini melibatkan peserta berusia 60 tahun ke atas yang telah didiagnosis mengalami penyakit AMD pada kedua mata, dan gangguan penglihatan dengan ketajaman visual terukur minimal 1,2 logMAR.
Baca juga: WhatsApp Siapkan Fitur Khusus Pengguna dengan Gangguan Mata
Dalam uji coba tersebut, para peneliti menggunakan kombinasi antara implan retina berukuran 2x2 milimeter dan kacamata pintar dengan kamera mini.
Dihimpun KompasTekno dari The Verge, Jumat (23/10/2025), implan retina ini ditanamkan melalui prosedur pembedahan di bawah retina mata pasien.
Kamera pada kacamata yang dikenakan berfungsi menangkap gambar di sekitar pasien, memperbesarnya, lalu mengirimkannya ke implan retina melalui cahaya inframerah.
Nah, implan kemudian mengubah sinyal cahaya tersebut menjadi impuls listrik yang diteruskan ke saraf optik, meniru cara kerja alami retina manusia.
Hasilnya, 26 dari 32 pasien yang menyelesaikan uji coba dilaporkan mengalami peningkatan kemampuan melihat, dengan tingkat keberhasilan sekitar 80 persen.
Beberapa pasien bahkan dapat kembali membaca buku dan mengisi teka-teki silang, meski penglihatan yang dihasilkan masih dalam skala hitam putih dan belum setajam normal.
Namun, bagi para peneliti yang tidak terlibat langsung dalam uji coba ini menyebut hasilnya sudah termasuk dalam kategori terobosan "luar biasa", sebagaimana dikutip laporan The New York Times.
Baca juga: Apakah Dark Mode Layar HP Benar-benar Lindungi Mata? Begini Penjelasannya
Teknologi implan retina mata dan kacamata pintar ini secara khusus dikembangkan oleh Science Corporation, perusahaan antarmuka otak-komputer (brain-computer interface/BCI) yang didirikan oleh Max Hodak, eks pendiri Neuralink (perusahaan milik Elon Musk).
Science Corporation sendiri mengaku mengakuisisi teknologi implan retina ini dari perusahaan perangkat medis asal Prancis, Pixium Vision, pada tahun 2024 lalu.
Menurut laporan IEEE Spectrum, Pixium diketahui sempat kehabisan dana setelah lebih dari satu dekade mengembangkan teknologi penglihatan tersebut.
Karena itu, dari proses pengakuisisian ini, teknologi implan retina tersebut kemudian diambil alih oleh Science Corporation, dengan tujuan supaya uji klinis pasien dengan penuruan penglihatan degeneratif tetap bisa berlanjut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang