
LELANG spektrum frekuensi 1400 MHz (1,4Ghz) selebar 80 MHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar di kawasan yang masih langka internet, sudah usai 17 Oktober lalu.
Emiten milik adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusomo lewat Surge (PT Telemedia Komunikasi Pratama) menjadi pemenang, selain MyRepublic (PT Eka Mas Republik, anak perusahaan Sinar Mas.
Sementara PT Telkom tidak mendapat satu pun dari tiga regional yang diperebutkan.
Surge memenangkan regional paling bergengsi, regional 1 yang meliputi Pulau Jawa, seluruh provinsi di Papua dan Provinsi Maluku serta Maluku Utara, dengan tawaran Rp 403,764 miliar.
Mereka mengalahkan tipis-tipis PT Telkom yang menawar Rp 399,763 miliar dan MyRepublic yang menawar jauh, Rp 331,776 miliar.
Regional 2 – Sumatera, Bali dan kedua Nusa Tenggara – dimenangkan MyRepublic dengan penawaran Rp 300,888 miliar, Telkom Rp 259,999 miliar dan Surge Rp 136,714 miliar.
Sementara Regional 3 yang meliputi Kalimantan dan Sulawesi, dimenangi MyRepublic lagi (Rp 100,888 miliar), mengalahkan PT Telkom (Rp 80.054 miliar) dan Surge yang menawar Rp 64,411 miliar.
Banyak pengamat menyayangkan kenapa Telkom bersikap letoy (tidak semangat) saat mengikuti lelang sehingga memberi tawaran rendah. Selain ketiga entitas tadi, operator seluler Indosat Ooredoo Hutchison dan Xl Smart tidak ikut.
Padahal boleh dikata, (Kelompok) Telkom sangat unggul dalam mengelola bisnis akses pita lebar nirkabel, antara lain lewat anak perusahaannya, Telkomsel yang memegang pangsa pasar lebih dari 54 persen di industri seluler, disusul Indosat dan XL Smart.
Semua prasarana nirkabel mereka miliki, baik berupa jaringan BTS (base transceiver station) maupun serat optik (FO – fiber optic) dan jaringan bawah laut.
Prasarana Telkomsel komplet, punya 280.434 BTS (Juni 2025), mengalahkan XL Smart yang punya 209.000 BTS, dan Indosat yang punya 119.850 BTS.
Juluran FO mereka, Telkomsel sepanjang 173.000 km, yang kalau diulur sekitar empat kali mengelilingi bumi, belum lagi 20.000 kilometer kabel bawah laut; XL Smart punya FO 113.000 km, Indosat 51.000 kilometer FO teresterial dan 18.000 km kabel bawah laut.
Kekalahan Telkom mengesalkan banyak pihak – mungkin terutama mereka yang ikut bertaruh – karena Telkom memiliki semua teknologi yang dibutuhkan untuk menerapkan layanan BWA (broadband wireless access).
Bagi Kelompok Telkom, BWA sekadar teknologi alternatif, sebagai pelengkap dari sistem akses kabel serat optik.
Seperti kata seorang mantan anggota direksi PT Telkom, PT Indosat dan PT Telkomsel, Telkom tampaknya sedang demam panggung.