KOMPAS.com - Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menangkap sejumlah orang yang diduga menjadi pelaku penghasutan aksi penggerudukan rumah anggota DPR.
Salah satunya adalah pasangan suami istri yyang diduga menghasut aksi penggerudukan rumah Ahmad Sahroni dan Polres Jakarta Utara melalui media sosial.
Ada juga pemilik akun yang menyebarkan konten provokatif di TikTok berupa ajakan penjarahan terhadap rumah sejumlah tokoh publik
Baca juga: Polisi Ungkap Peran 6 Admin Medsos Penghasut Aksi Anarkistis di Jakarta
Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, mengungkapkan suami berinisial SB (35) menggunakan akun Facebook bernama Nannu, sementara sang istri G (20) mengoperasikan akun bernama Bambu Runcing.
“Modus operandi yang bersangkutan, yaitu membuat dan mengunggah konten yang menimbulkan rasa benci kepada individu, kelompok, masyarakat tertentu berdasarkan kebangsaan, mentransmisikan informasi elektronik milik orang lain, dan menghasut supaya melakukan aksi geruduk rumah anggota DPR Ahmad Sahroni dan Polres Jakarta Utara melalui grup Facebook,” ujar Himawan di Jakarta, Rabu (3/9/2025) malam.
Pelaku SB diketahui mengunggah ajakan melalui grup Facebook Jual Beli Cilincing yang memiliki 86.900 anggota.
Baca juga: Admin Medsos Ditangkap Usai Sebar Tutorial Bom Molotov dan Provokasi Pelajar untuk Anarkis
Sementara pelaku G membagikan ajakan serupa di grup Loker Daerah Sunter Jakarta Utara dengan 9.100 anggota.
Selain itu, SB juga menjadi admin grup WhatsApp bernama Kopi Hitam yang kemudian berganti nama menjadi BEM RI dan ACAB 1312 dengan total 192 anggota.
“Grup WhatsApp tersebut yang digunakan untuk mengumpulkan orang-orang yang mendatangi rumah Ahmad Sahroni,” jelas Himawan.
Atas perbuatannya, pasutri tersebut dijerat Pasal 45 ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2024 tentang ITE, serta Pasal 160 dan Pasal 161 ayat (1) KUHP.
Selain menangkap pasutri, penyidik juga mengamankan seorang pria berinisial IS (39), karyawan swasta, yang diduga membuat konten provokatif di TikTok berupa ajakan penjarahan terhadap rumah sejumlah tokoh publik.
Penangkapan dilakukan IS sendiri baru dilakukan pada Senin (1/9/2025) lalu.
Dalam konferensi pers, Brigjen Pol Himawan menjelaskan modus yang digunakan oleh terduga pelaku.
"Modus operandi tersangka adalah membuat dan mengunggah konten video melalui akun TikTok miliknya dengan tujuan menimbulkan rasa benci kepada individu atau kelompok tertentu berdasarkan kebangsaan, serta menghasut massa untuk melakukan penjarahan," jelasnya.
Akun TikTok @hs02775 yang dikelola IS diketahui telah memiliki 2.281 pengikut.