KOMPAS.com - Kasus meninggalnya seorang bocah RY (4) akibat infeksi cacing di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, buat Kementerian Sosial (Kemensos) kini turun tangan untuk memberikan perlindungan sosial kepada keluarga yang ditinggalkan, sekaligus memastikan tragedi serupa tidak terulang.
Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, menegaskan bahwa Kemensos telah melakukan intervensi terhadap keluarga korban. Menurutnya, pihaknya ingin memastikan perlindungan sosial berjalan optimal.
“Kemensos sudah datang, ya sudah ikut mengintervensi. Orang ibunya ODGJ, orang tuanya yang laki itu sakit paru-paru, sekarang sedang dirawat di Bandung. Keluarganya itu sedang kami urus,” kata Agus di Jakarta, Kamis (21/8/2025) dikutip dari Antara.
Baca juga: Potret Haru Keluarga Raya Bocah Sukabumi, Nafkah Didapat dari Suruhan Tetangga
Selain itu, Kemensos juga tengah melakukan asesmen terhadap kakak almarhum RY yang kini berusia tujuh tahun. Anak tersebut tinggal bersama tantenya karena kedua orangtuanya sakit.
“Kalau keluarganya mengizinkan, kami akan bawa anak itu ke sentra Kemensos. Nanti orang tuanya kalau terapi kejiwaannya selesai, akan direhabilitasi juga di sentra kami di Sukabumi,” tambahnya.
Agus Jabo, menegaskan bahwa kasus ini membuktikan pentingnya keberadaan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) agar keluarga rentan bisa lebih cepat terjangkau program perlindungan sosial.
“Keluarga dari kasus ini kemarin tidak masuk ke data DTSEN. Makanya kepala daerah melalui dinas sosial harus aktif memetakan kondisi masyarakat dan bekerja sama,” ujarnya.
Menurutnya, keluarga rentan seperti orang tua RY seharusnya segera tercatat dalam basis data DTSEN sehingga bisa mendapat bantuan sosial maupun intervensi pemerintah.
Pendamping keluarga Program Keluarga Harapan (PKH) yang ada di setiap daerah juga ditugaskan memastikan kelompok dengan tingkat ekonomi terendah (desil 1) benar-benar masuk data.
“Yang penting masuk data dulu,” tegas Agus.
RY, anak dari pasangan Udin (32) dan Endah (38), pertama kali dibawa ke RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025.
Saat itu ia dalam kondisi tidak sadarkan diri dan diduga mengalami komplikasi akibat TBC. Namun, selama perawatan, tim medis menemukan banyak cacing keluar dari tubuhnya.
“Awal mula sekali itu ketahuan dari hidung, selanjutnya saat perawatan tampak juga lewat BAB-nya,” ungkap dr. Irfanugraha Triputra, Humas RSUD R Syamsudin SH.
Menurut dr. Irfanugraha, kondisi kritis RY dipengaruhi dua faktor utama, yakni TBC dan infeksi cacing.
Meski sudah mendapat penanganan intensif, RY meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Kasus ini semakin viral setelah beredar video yang menunjukkan tubuh bocah tersebut dipenuhi cacing.