Menurutnya, meski aksi massa di jalanan mulai mereda, semangat dan tuntutan rakyat tidak akan hilang.
Perwakilan kolektif 17+8 ini menegaskan, momen perjuangan ini bukan hanya menjadi titik balik bagi pemerintah untuk segera berbenah, tetapi juga menjadi edukasi politik penting bagi masyarakat Indonesia.
Tuntutan 17+8 dan kesadaran politik rakyat
Abigail menyebut, gerakan ini telah mendorong kesadaran politik rakyat Indonesia semakin meningkat.
Banyak warga kini lebih memahami proses demokrasi, hak-hak mereka, serta pentingnya menyuarakan aspirasi.
“Walaupun mungkin 17+8 tidak semua dijalankan, ada satu yang sudah pasti, yaitu momen ini menjadi edukasi politik luar biasa. Sudah banyak warga yang lebih aware, lebih paham demokrasi, dan tidak mau diam lagi,” kata Abigail, dikutip YouTube KompasTV, Kamis (4/9/2025).
Dia juga menyampaikan duka mendalam bagi para korban yang ditangkap, dikriminalisasi, mengalami luka, hingga trauma akibat aksi protes.
“Satu korban saja sudah terlalu banyak,” ujar aktivis kelahiran 10 November 1994 itu.
Puncaknya, perwakilan mahasiswa bertemu dengan pimpinan DPR.
Wakil Ketua DPR kemudian merespon tuntutan tersebut melalui unggahan di media sosial pada malam harinya.
Desakan untuk bukti konkret
Meski ada respon dari DPR, Abigail menegaskan masyarakat tidak puas dengan sekadar janji politik.
“Kami belum puas dengan kata-kata akan, dengan rencana, dengan janji. Kami ingin bukti konkret dan progres nyata. Tuntutan rakyat harus dikerjakan, dan hasilnya perlu disampaikan dengan transparan,” kata pendiri What Is Up Indonesia (WIUI) dan Bijak Memilih itu.
Menurutnya, sudah saatnya rakyat Indonesia mendapatkan pemerintah yang benar-benar layak mewakili mereka.
https://www.kompas.com/sumatera-utara/read/2025/09/05/103000788/abigail-limuria--tuntutan-17-8-jadi-edukasi-politik-besar-bagi