KOMPAS.com - Kekalahan tipis 0-1 Timnas Indonesia dari Irak di Jeddah pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Sabtu (11/10/2025) meninggalkan luka mendalam bagi pecinta sepak bola Indonesia.
Di balik hasil mengecewakan partai Timnas Indonesia vs Irak berkat gol Zidane Iqbal pada babak kedua tersebut, ada pelajaran besar yang bisa dipetik, yaitu pengalaman adalah faktor yang belum dimiliki Garuda ketika melawan tim-tim mapan Asia.
Pengamat sepak bola nasional Rizal Pahlevi menilai bahwa kekalahan ini bukan semata karena kelemahan taktik, tetapi karena perbedaan kematangan dalam mengelola momen di laga besar.
Baca juga: Pahitnya Realitas di Jeddah, Pengamat Soroti Mandeknya Konversi Peluang Timnas Indonesia
“Saya menyoroti yang menjadi pembeda Indonesia dan Irak. Tentunya faktor dari pengalaman sang pelatih Graham Arnold yang datang bulan Mei lalu,” tuturnya kepada Kompas.com.
"Tapi saya rasa dengan bekal yang dimiliki, timnas Australia berkali-kali menjadi langganan Piala Dunia, tentunya tahu persis standar yang bisa dicapai untuk memenuhi pertandingan."
Menurutnya, Irak tidak perlu bermain spektakuler untuk memenangkan laga, sebab satu peluang yang dikelola dengan efektif sudah cukup untuk menjatuhkan Indonesia.
“Terbukti tidak perlu banyak menciptakan peluang, bahkan mereka juga tidak menguasai jalannya pertandingan, tapi satu tembakan itu mampu mengubah jalannya pertandingan melalui Zidane," kata Rizal .
Baca juga: Kata-kata Motivasi Jay Idzes Usai Timnas Gagal ke Piala Dunia 2026
"Gol sangat baik, tapi apabila kita soroti lagi, sebenarnya itu gol sangat identik dengan gol ketika menghadapi Arab Saudi,” imbuhnya.
Gol tunggal Zidane Iqbal di menit ke-76 menjadi simbol efisiensi dan kematangan Irak dalam memanfaatkan celah kecil yang muncul.
Baginya, inilah bukti bahwa pengalaman di level tertinggi, bukan sekadar kemampuan teknik, yang membedakan hasil akhir.
“Bagaimana tembakan dari kotak penalti bisa langsung begitu nyaman, sang pemain bisa menciptakan ruang tembak seperti itu dan langsung menghukum jala gawang kita,” katanya lagi.
Pelatih timnas Indonesia, Patrick Kluivert asal Belanda.Meski pahit, ia melihat fase ini sebagai masa transisi yang penting dan menilai bahwa perjalanan panjang timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia telah memperlihatkan fondasi yang mulai terbentuk.
Namun, masih banyak hal yang harus diperbaiki, terutama dalam mengelola momentum dan menutup ruang di pertahanan.
“Jadi saya rasa itu menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diperbaiki, walaupun setelah ini mau ngapain lagi karena tujuannya yang lebih besar untuk Piala Dunia 2026 sudah terlewat,” ujar Rizal Pahlevi.
“Ini hasil begitu sakit dan sulit diterima, tapi kita bisa melihat secara garis besar, saya rasa kita belum layak menang dari Arab Saudi dan Irak berkat pengalaman yang mereka miliki,” sambungnya.
Baca juga: Perjalanan Timnas di Kualifikasi Piala Dunia, Seperti Roller Coaster