Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Respons dari Orangtua Bisa Posisikan Anak sebagai Korban “Bullying”

Kompas.com - 31/10/2024, 15:19 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com – Psikolog anak dan keluarga dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Samanta Elsener, mengimbau para orangtua untuk tidak memposisikan anak sebagai korban perundungan (bullying) saat mereka menceritakan permasalahan yang dialami di sekolah.

Sebab, perundungan bersifat subyektif. Artinya, seseorang harus merasa menjadi korban dan merasa dirugikan dari apa yang dialaminya.

Baca juga: Cara Membedakan Konflik, Bullying, dan Perilaku Agresif yang Dialami Anak

Jika anak tak merasa menjadi korban dari perbuatan temannya, sebaiknya orangtua juga tidak memosisikan anak sebagai korban.

Menurut Samanta, imbauan kepada orangtua ini, agar anak memiliki mental yang sehat.

“Sekali kita memposisikan dia sebagai korban, sudah. Dia akan memposisikan diri selalu menjadi korban yang perlu dikasihani,” jelas dia dalam podcast Kompas Lifestyle, Ruang Keluarga, bertajuk “Anak Terlalu Dimanja Bisa Jadi Pelaku Bullying”, Rabu (30/10/2024).

Biasanya, saat anak bercerita, orangtua sering mengucapkan kata-kata seperti “Ih, kasihan ya kamu.", "Ih, kok kamu digituin sih?” dengan maksud untuk berempati saat mendengar cerita si kecil.

Baca juga: Orangtua Jangan Salah, Konflik dan Bullying Tidaklah Sama

Padahal, kata-kata itu justru dapat membentuk mental anak, bahwa apa yang terjadi padanya membuat anak patut dikasihani. 

Hal itu juga membuat anak bingung, tidak tahu harus bersikap seperti apa, selain mengasihani diri sendiri setiap kali diperlakukan buruk oleh temannya.

Hal itulah yang nantinya bisa membentuk perasaan menjadi korban, di alam bawah sadar anak.

Cara merespons permasalahan anak di sekolah

Memvalidasi emosi anak memang tidak dilarang. Namun, bukan dengan cara mengasihani mereka. Orangtua bisa membantu anak meregulasi emosinya.

Misalnya, tanya apa yang anak rasakan setelah menerima sikap dan perilaku buruk di sekolah.

“’Apa yang kamu rasakan sekarang?’ Ada anak yang akan jawab enggak ada (perasaan apapun), enggak tahu, biasa saja,” terang Samanta.

Baca juga: Belajar dari Kasus Perundungan PPDS Undip, Ketahui 4 Jenis Bullying

Orangtua bisa menggali lebih dalam tentang emosinya, apakah anak merasakan amarah atau tidak. Jika iya, tingkat kemarahannya berada di level berapa dari angka 1-10, dengan angka 10 level amarah tertinggi.

Jika anak menjawab biasa saja, minta mereka untuk mendeskripsikan perasaan “biasa saja” yang mereka rasakan. Bisa saja, anak merasa biasa saja terhadap perlakuan yang diterima, karena ia memaknainya sebagai ejekan belaka.

Dalam situasi itu, orangtua tidak perlu masuk secara berlebihan. Namun, tetap gali terus tentang perilaku yang diterima sang buah hati.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kisah Cinta Pangeran Andrew dan Sarah Ferguson, 29 Tahun Serumah Meski Bercerai
Kisah Cinta Pangeran Andrew dan Sarah Ferguson, 29 Tahun Serumah Meski Bercerai
Relationship
3 Arti Mimpi Suami Selingkuh dengan Orang Lain Menurut Pakar
3 Arti Mimpi Suami Selingkuh dengan Orang Lain Menurut Pakar
Relationship
Dian Sastrowardoyo Ceritakan Caranya Melawan Ageism, Mulai dari Self-Care
Dian Sastrowardoyo Ceritakan Caranya Melawan Ageism, Mulai dari Self-Care
Beauty & Grooming
Dian Sastro Soroti Fenomena Ageism, Perempuan Bisa Berkarya Tanpa Batas Usia
Dian Sastro Soroti Fenomena Ageism, Perempuan Bisa Berkarya Tanpa Batas Usia
Beauty & Grooming
Pentingnya Menstimulasi Anak Sesuai Zona Perkembangan Proksimal, Apa Itu?
Pentingnya Menstimulasi Anak Sesuai Zona Perkembangan Proksimal, Apa Itu?
Parenting
Anak CIBI Lebih Nyaman Bergaul dengan Orang Lebih Tua, Ini Alasannya Menurut Psikolog
Anak CIBI Lebih Nyaman Bergaul dengan Orang Lebih Tua, Ini Alasannya Menurut Psikolog
Parenting
Mengapa Hubungan Katy Perry dan Justin Trudeau Diramalkan Langgeng
Mengapa Hubungan Katy Perry dan Justin Trudeau Diramalkan Langgeng
Relationship
Bisakah Orangtua Membentuk Anak Jadi CIBI? Ini Kata Psikolog
Bisakah Orangtua Membentuk Anak Jadi CIBI? Ini Kata Psikolog
Parenting
Nikah dengan Sahabat? Ini Inspirasi Cincin Nikah yang Penuh Makna
Nikah dengan Sahabat? Ini Inspirasi Cincin Nikah yang Penuh Makna
BrandzView
9 Inspirasi Outfit Musim Hujan, Tetap Stylish Meski Cuaca Mendung
9 Inspirasi Outfit Musim Hujan, Tetap Stylish Meski Cuaca Mendung
Fashion
Kompres Air Hangat atau Dingin untuk Anak Sakit? Ini Kata Dokter
Kompres Air Hangat atau Dingin untuk Anak Sakit? Ini Kata Dokter
Parenting
Anak CIBI Rentan Mengalami Stres dan Burnout, Orangtua Harus Apa?
Anak CIBI Rentan Mengalami Stres dan Burnout, Orangtua Harus Apa?
Parenting
Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan? Ini Penjelasan Psikolog
Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan? Ini Penjelasan Psikolog
Parenting
Panduan Makan Anak Diare, Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan?
Panduan Makan Anak Diare, Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan?
Parenting
Rahasia Percaya Diri El Putra dan Leya Princy, Self Care dan Pikiran Terbuka
Rahasia Percaya Diri El Putra dan Leya Princy, Self Care dan Pikiran Terbuka
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau