KOMPAS.com - Waktu tidur di malam hari seharusnya dimanfaatkan tubuh tubuh dan pikiran untuk beristirahat. Namun, bagi banyak orang, kondisi stres membuat tidur terasa semakin sulit.
Gangguan ini tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
Stres dapat muncul dalam berbagai bentuk saat tidur, mulai dari susah terlelap hingga mimpi buruk. Berikut empat tanda stres yang bisa merusak kualitas tidur kamu.
Baca juga: 6 Kebiasaan Sehari-hari yang Bikin Stres dan Lelah Mental
Salah satu efek paling umum dari stres adalah insomnia, yaitu kesulitan tidur di malam hari.
“Ketika seseorang mengalami stres, otak tetap aktif dan sulit beristirahat. Inilah yang membuat banyak orang sulit untuk memejamkan mata meski tubuh sudah lelah,” kata Phil Gehrman, profesor psikologi klinis di University of Pennsylvania, dilansir dari Huff Post, Senin (22/0/2025).
Gehrman menambahkan, insomnia bukan sekadar gangguan tidur biasa. Penelitian menunjukkan bahwa insomnia dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan hingga penyakit serius seperti stroke.
Inilah sebabnya, jika stres membuat tidur terganggu berulang kali, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh.
Mimpi buruk sering kali muncul saat pikiran kita penuh dengan beban. Menurut dokter spesialis tidur di Weill Cornell Medicine New York, Dr. Daniel Barone, mimpi buruk dapat dipicu oleh kondisi mental seperti stres, kecemasan, atau depresi.
“Pernahkah kamu bermimpi lupa membawa paspor sebelum perjalanan penting? Atau bermimpi sedang bekerja saat sedang dikejar deadline? Itu biasanya terkait dengan stres yang kamu alami,” jelasnya.
Baca juga: Suara Hujan untuk Redakan Stres dan Cemas, Mitos atau Fakta?
Ia menambahkan, mimpi buruk juga bisa muncul akibat kondisi fisik seperti sleep apnea. Misalnya, orang dengan gangguan napas saat tidur kadang bermimpi sedang tenggelam dan kesulitan bernapas.
Stres juga bisa memicu parasomnia, yaitu gangguan tidur yang membuat seseorang berbicara, berjalan, atau bahkan makan dalam keadaan tidur.
“Ketika tingkat kecemasan tinggi, kemungkinan munculnya parasomnia juga meningkat,” ujar Gehrman.
Biasanya penderita tidak menyadari perilaku ini, sehingga pasangan tidur atau anggota keluarga yang sering mengetahuinya lebih dulu.
Jika kebiasaan ini semakin sering terjadi, para ahli menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar tidak menimbulkan risiko cedera atau gangguan tidur lebih serius.
Tidur memiliki beberapa tahap, salah satunya deep sleep atau tidur nyenyak yang berperan besar dalam pemulihan tubuh.