KOMPAS.com – Tesla resmi menandatangani kesepakatan pembangunan pembangkit listrik baterai skala jaringan (grid-scale) pertamanya di China. Proyek ini digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di Negeri Tirai Bambu saat rampung.
Kabar ini disampaikan langsung oleh Tesla melalui akun resmi mereka di media sosial China, Weibo.
Perusahaan milik Elon Musk itu menyebut, proyek ini akan menjadi solusi penyimpanan energi pintar yang mampu menyeimbangkan pasokan dan permintaan listrik di kawasan perkotaan.
Baca juga: Elon Musk Akui Menyesal Serang Trump, Saham Tesla Langsung Menguat
“Pembangkit penyimpanan energi di sisi jaringan adalah ‘pengatur pintar’ untuk kelistrikan kota yang dapat menyesuaikan sumber daya jaringan secara fleksibel,” tulis Tesla, dikutip dari CNBC.
Lebih lanjut, Tesla menambahkan bahwa proyek ini “diharapkan dapat secara efektif mengatasi tekanan pasokan listrik perkotaan serta menjamin permintaan listrik yang aman, stabil, dan efisien.”
Media China Yicai, dikutip Reuters, melaporkan bahwa nilai proyek ini mencapai 4 miliar yuan atau sekitar 556 juta dollar AS (setara Rp 8,9 triliun).
Kesepakatan ini diteken antara Tesla, pemerintah lokal Shanghai, dan lembaga pembiayaan China Kangfu International Leasing.
Baca juga: Trump Curiga Elon Musk Memang Pakai Narkoba, Sebut Bos Tesla sebagai Pecandu Berat
Langkah ini menandai investasi besar Tesla di tengah ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.
Hubungan kedua negara kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor terhadap berbagai produk asal China.
Meski demikian, kebutuhan akan sistem penyimpanan energi berskala besar di China terus meningkat, seiring bertumbuhnya kapasitas energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin yang cenderung fluktuatif.
Tesla mengandalkan pabrik baterainya di Shanghai sebagai pusat produksi utama untuk Megapack, unit baterai raksasa yang dirancang untuk penggunaan skala utilitas.
Baca juga: Pejabat Rusia Sindir Kisruh Elon Musk dan Trump, Ajak Tesla Pindah ke Moskwa
Sepanjang kuartal I-2025, Tesla telah memproduksi lebih dari 100 unit Megapack dari fasilitas tersebut. Satu unit Megapack mampu menyuplai listrik sebesar 1 megawatt selama empat jam.
Menurut situs resmi perusahaan, harga satu Megapack di AS dipatok mendekati 1 juta dollar AS. Namun, harga jual untuk pasar China belum diungkap secara resmi.
Tak hanya untuk kebutuhan domestik, Megapack dari Shanghai juga telah diekspor ke pasar Eropa dan Asia untuk memenuhi permintaan global.
Pasar penyimpanan energi China sendiri didominasi oleh dua pemain besar lokal, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan BYD. CATL bahkan memegang pangsa pasar global hingga 40 persen.
Reuters melaporkan bahwa CATL juga diperkirakan akan memasok sel dan paket baterai untuk Megapack milik Tesla.
Adapun pemerintah China menargetkan penambahan pasokan listrik berbasis baterai sebesar 5 gigawatt hingga akhir 2025, sehingga total kapasitasnya akan mencapai 40 gigawatt.
Menurut data International Energy Agency (IEA), kapasitas global sistem penyimpanan energi berbasis baterai meningkat 42 gigawatt sepanjang 2023, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini