JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan soal temuan praktik beras curah yang langsung dikemas menjadi premium dan medium.
Ia menyebut praktik seperti itu sebagai tindakan yang tidak beradab karena lebih parah dari aktivitas pembuatan beras oplosan.
"Sekarang yang saya katakan oplos adalah beras curah dicampur (premium) kemudian (dijual) menjadi premium. Tapi ada lagi di atas beras oplos yang maaf, menurut saya ini tidak beradab," ujar Amran dalam program "Rosi" Kompas TV, yang disiarkan Kamis (17/7/2025).
"Kenapa? (beras) curah langsung dikemas menjadi premium. Curah dikemas menjadi medium. Nah, ini kan selisih harganya sampai Rp 5.000, Rp 3.000, Rp 4.000," lanjutnya.
Baca juga: Mentan Sebut Sebagian Merek Beras Diduga Oplosan Sudah Ganti Harga Sesuai Kualitas
Ia mencontohkan, jika emas 24 karat dijual di pasaran dengan standar harga sekitar Rp 1 juta, maka ada oknum yang mengemas emas 18 karat kemudian dilabeli 24 karat.
Padahal harga jual emas 18 karat itu jauh di bawah Rp 1 juta.
"Emas, ada kan 24 karat tuh, harganya Rp 1 juta katakanlah. Kemudian emas 18 karat, harganya Rp 600.000. Nah, ini emas 18 karat, ditulis 24 karat. Itulah sederhananya," jelas Amran.
Baca juga: Bapanas Wanti-Wanti Beras Oplosan Dijual Setara Premium, Konsumen Rugi karena Nasi Jadi Cepat Basi
Dia memastikan, bahwa beras oplosan tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Namun, praktik beras oplosan membahayakan dari sisi ekonomi negara dan konsumen.
"Tidak membahayakan kesehatan, tetapi membahayakan ekonomi. Mencari keuntungan sebesar-besarnya. Merugikan negara dan juga merugikan konsumen," tegasnya.
Baca juga: Ini Cara Bedakan Beras Oplosan dengan Beras Premium Murni