SINGAPURA, KOMPAS.com - Pernah merasa videomu tiba-tiba hilang dari TikTok? Tidak ada di profil dan tidak muncul di pencarian? Atau live tiba-tiba dihentikan oleh TikTok?
TikTok memang punya pedoman komunitas yang ketat untuk memastikan ruang digital yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak dan remaja.
Tak heran, dari 160 juta video yang diunggah penggunanya di seluruh dunia setiap hari—1 persennya atau sekitar 1,5 juta-1,6 juta dihapus karena terindikasi melakukan pelanggaran.
Baca juga: TikTok Mengecek 160 Juta Video Setiap Hari, Begini Caranya
Pedoman Komunitas TikTok mencakup sejumlah larangan yang cukup rinci, termasuk:
Konten dan live yang mengandung hal-hal tersebut bisa langsung di-take down oleh TikTok.
Tak cuma itu, akun yang mengunggah juga bisa di-ban atau dihapus, bahkan secara permanen sehingga tidak bisa membuat akun lagi.
Beberapa pelanggaran punya hukuman yang sangat berat, seperti kekerasan seksual terhadap anak (child sexual abuse material/CSAM).
Baca juga: Fitur Baru TikTok, Bantu Orang Tua Awasi Anak saat TikTokan
Konten yang diunggah ke TikTok bisa dihapus lewat beberapa jalur. Yang pertama, biasanya dimulai dari sistem otomatis TikTok sendiri.
Setiap video yang diunggah akan dianalisis oleh kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk mendeteksi berbagai potensi pelanggaran terhadap Pedoman Komunitas.
Sistem ini bisa langsung mengenali hal-hal terlarang dalam sepersekian detik, kemudian langsung menghapus video yang dianggap bermasalah. Tapi proses ini sepenuhnya otomatis, artinya bisa saja terjadi kesalahan deteksi.
Namun, sistem otomatis tentu tidak sempurna. Karena itu, kepekaan pengguna lain dibutuhkan. Kalau seseorang merasa video yang mereka lihat melanggar aturan atau menyinggung, mereka bisa melaporkannya langsung lewat fitur report.
Laporan ini kemudian akan masuk ke tim moderator TikTok untuk ditinjau lebih lanjut secara manual. Artinya, ada kemungkinan konten yang awalnya lolos dari deteksi AI, tetap bisa dihapus kalau banyak yang melaporkannya.