Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri Khas Batik di Kampung Laweyan Surakarta

Kompas.com - 20/09/2025, 20:00 WIB
Hanis Tri Astuti ,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah modernisasi yang bergerak cepat, batik tetap menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Keindahan serta filosofi di setiap goresan lilin menjadikannya lebih dari sekadar selembar kain.

Di Surakarta, Jawa Tengah, nama Kampung Batik Laweyan telah lama dikenal sebagai pusat pelestarian dan pengembangan batik. Pertanyaannya, apakah motif-motif batik Laweyan masih diminati hingga kini?

Baca juga: Mengapa Batik Harus Dipandang sebagai Entitas Budaya?

Motif klasik sebagai ciri khas

Meskipun batik Laweyan terus berinovasi, motif klasik tetap menjadi daya tarik utama. Dari ratusan motif, beberapa pakem yang populer di antaranya sogan klasik seperti parang, sidomukti, sidoluhur, sido drajat, truntum, cuwiri, ceplok, dan kawung.

Salah satu pegawai operasional Batik Marin Laweyan menyampaikan, ada beberapa motif batik yang menjadi ciri khas dan paling banyak diminati. 

“Sebenarnya ada parang barong, klitik, parang samurai, parang gondosuli. Kalau motif yang paling diminati itu relatif. Kebanyakan memang parang dan turunannya, lalu ada wahyu tumurun, sidomukti, cuwiri, sido drajat, sidoluhur. Motif global lainnya juga ada, seperti kawung, ceplok, hingga truntum dan truntum kuncoro,” jelas Narita kepada Kompas.com, Selasa (9/9/2025).

Setiap motif bukan sekadar pola, melainkan cerminan filosofi kehidupan. Misalnya, motif parang melambangkan perjalanan hidup yang terus berkesinambungan, sedangkan motif truntum bermakna cinta yang bersemi kembali dan kerap digunakan dalam upacara pernikahan.

Nilai-nilai inilah yang membuat motif klasik tak lekang oleh waktu, baik untuk busana formal maupun koleksi pribadi.

Baca juga: Definisi Batik Lukis beserta Cara Pembuatannya

Perbedaan batik laweyan dengan batik lain 

Secara umum, batik Solo, termasuk Laweyan, dikenal dengan warna sogan (cokelat kekuningan). Namun, menurut Narita, perbedaannya lebih terletak pada inovasi yang dilakukan tanpa meninggalkan tradisi.

“Kalau spesifik perbedaannya tidak ada, hampir sama dengan batik daerah lain. Bedanya, sekarang banyak dimodifikasi menjadi batik modern. Kalau motif klasik tetap pakem, seperti truntum, parang, sidomukti, sidoluhur, dan lainnya. Pewarnaannya juga mirip, ada yang pakai pewarna alam. Untuk kelas atas biasanya batik tulis, kelas menengah batik cap, dan yang paling rendah batik printing,” lanjut Narita.

Selain mempertahankan motif klasik, pengrajin Laweyan juga berinovasi menciptakan motif abstrak dan kontemporer. Tujuannya untuk menjangkau pasar modern dan global yang lebih menyukai desain bebas.

Baca juga: Pengertian Batik Pedalaman dan Batik Pesisir

Aturan dan pantangan penggunaan batik 

Meski kini batik bisa digunakan dalam berbagai kesempatan, beberapa motif klasik memiliki aturan sakral, terutama dalam tradisi keraton Solo.

Motif parang dan kawung, misalnya, dianggap sebagai motif “raja” sehingga tidak boleh dikenakan saat memasuki area keraton.

Namun, di luar keraton, motif ini bebas digunakan dalam berbagai acara. Aturan tersebut menjadi penanda bahwa tradisi dan nilai luhur batik tetap dihormati masyarakat.

Eksistensi fashion batik 

Batik kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Produk batik tidak lagi terbatas pada kemeja atau blus formal, tetapi juga hadir dalam berbagai model modern seperti outer, rompi, dan home dress (daster).

Bahkan, produk inovatif seperti tas laptop dan blangkon juga dikembangkan. Fleksibilitas ini membuat batik dapat dikenakan di berbagai kesempatan, mulai dari upacara adat, aktivitas kerja, hingga kegiatan kampus.

Baca juga: Definisi Batik Ikat Celup beserta Cara Pembuatannya

Fesyen Batik di Kampung LaweyanKOMPAS.com/Hanis Tri Astuti Fesyen Batik di Kampung Laweyan

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau