Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Efek Samping Konsumsi Makanan yang Terpapar Zat Radioaktif?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/kjpargeter
Ilustrasi sel kanker. Efek Samping Mengonsumsi Makanan yang Terpapar Zat Radioaktif, Benarkah Bisa Jadi Alien?
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Senator Partai Republik dari Louisiana, Amerika Serikat, John Kennedy, kembali mencuri perhatian lewat pernyataannya yang kontroversial.

Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial X pada Rabu (3/9/2025), Kennedy menyebut konsumsi udang impor dari Indonesia yang terkontaminasi zat radioaktif bisa membuat seseorang berubah menjadi alien.

“Beginilah jadinya kalau kamu makan udang beku mentah yang dikirim ke Amerika Serikat. Bagaimana mungkin kamu jadi seperti alien di film Alien? Karena udang itu radioaktif,” ujarnya sambil berdiri di depan gambar dari film horor fiksi ilmiah tahun 1979 itu, dikutip dari The Independent.

Kennedy bahkan menambahkan, meski tidak sampai mengubah penampilan layaknya alien, paparan zat radioaktif tetap berbahaya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Kalau tidak mengubahmu jadi alien, setidaknya bisa membuatmu tumbuh telinga tambahan,” katanya lagi.

Sebelumnya, pada 19 Agustus 2025, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memang menarik produk udang beku dari peredaran setelah ditemukan dugaan kontaminasi isotop radioaktif cesium-137.

Lantas, benarkah mengonsumsi makanan terpapar zat radioaktif bisa membuat seseorang berubah seperti alien?

Baca juga: FDA Minta Warga Hindari Produk Udang Beku Indonesia, Diduga Terkontaminasi Bahan Radioaktif

Efek samping paparan zat radioaktif dalam makanan

Pernyataan Kennedy menuai banyak kritik. Banyak yang menyebut klaim tersebut hiperbolis dan hanya perbandingan dramatis dengan film Alien.

Faktanya, hasil pengujian FDA menunjukkan kadar cesium-137 yang ditemukan pada udang beku asal Indonesia relatif rendah dan tidak menimbulkan risiko kesehatan langsung. Namun, jika dikonsumsi terus menerus, risiko kesehatan bisa meningkat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan radioaktif dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker. Dampak tersebut biasanya tidak dirasakan segera, melainkan setelah puluhan tahun.

Misalnya, yodium radioaktif yang masuk ke tubuh bisa menumpuk di kelenjar tiroid dan memicu kanker tiroid, terutama pada anak-anak.

Baca juga: Ilmuwan Afrika Selatan Suntikkan Zat Radioaktif ke Cula Badak untuk Mengerem Perburuan Liar

Dalam tingkat rendah, tubuh manusia sebenarnya mampu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh paparan radiasi tingkat rendah melalui proses metabolisme.

Tetapi, ada beberapa faktor yang menyebabkan paparan ini berbahaya bagi kesehatan, seperti jenis dan jumlah zat radioaktif yang tertelan, serta frekuensi konsumsi.

Setelah mengonsumsi makanan yang mengandung yodium radioaktif dan sesium, bahan radioaktif ini dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan kemungkinan besar memicu kanker.

Anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker dibandingkan orang dewasa.

Selain potensi kanker, CDC menyampaikan bahwa dampak paparan radioaktif bisa merusak DNA dengan cara memecah molekul airnya.

Ketika molekul air di sekitar DNA ini pecah, maka akan menghasilkan ion yang tidak stabil dan molekul lainnya dapat merusak sel dan organ tubuh lainnya.

Berikut ini tiga hal yang terjadi ketika sel di dalam tubuh rusak:

  1. Sel memperbaiki dirinya sendiri dan kembali normal.
  2. Kerusakan sel tidak diperbaiki atau diperbaiki secara tidak tepat, sehingga sel berubah. Perubahan ini pada akhirnya dapat menyebabkan kanker.
  3. Kerusakan pada sel terlalu parah, dan sel pun mati.

Baca juga: Sarang Tawon Radioaktif Ditemukan di South Carolina, Berbahayakah?

Siapa yang paling berisiko terpapar zat radioaktif?

Selain anak-anak, efek radiasi ini juga berdampak buruk bagi janin yang sedang dikandung perempuan hamil.

Berikut ini beberapa orang yang lebih rentan pada paparan efek radiasi:

  • Janin yang sedang berkembang (yang paling rentan)
  • Bayi
  • Anak-anak
  • Orang tua
  • Perempuan hamil
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Paparan pada janin, bayi, hingga anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi karena pada usia tersebut lebih banyak sel dan jaringan yang tumbuh dengan cepat.

Selain itu, mereka juga masih memiliki kemungkinan hidup lebih lama sehingga potensi kanker bisa lebih banyak terjadi.

Baca juga: 2 Pekerja PLTN Fukushima Dibawa ke RS Usai Tersemprot Air Radioaktif

Bagaimana zat radioaktif mengontaminasi makanan?

Dalam situasi normal, seseorang dapat terpapar radiasi setiap hari, baik berupa radiasi alami maupun buatan.

Setiap harinya, manusia menghirup dan menelan radionuklida dari udara, makanan, dan air.

Sebagian besar radionuklida ini secara alami terdapat di lingkungan kita, tetapi sebagian kecil berasal dari sumber buatan manusia yang terkait dengan aplikasi medis dan industri radiasi.

Radiasi tambahan juga bisa terdapat dalam makanan jika bahan radioaktif dilepaskan akibat darurat nuklir atau radiologis, baik jatuh dari udara maupun terbawa oleh air hujan.

Bahan radioaktif ini dapat menempel pada permukaan makanan seperti sayuran atau pakan ternak.

Seiring waktu, radionuklida dapat berpindah melalui tanah ke tanaman atau hewan dan menumpuk dalam makanan.

Radionuklida juga dapat tercuci ke sungai, danau, dan laut, di mana ikan dan hasil laut dapat menyerapnya.

Baca juga: Editors Letter untuk Sadap WhatsApp, Menteri Buruk, Limbah Radioaktif, dan Matt Wright

Imbauan bagi konsumen

Untuk mencegah paparan zat radioaktif di dalam tubuh, masyarakat bisa mencuci makanan apa pun sebelum dikonsumsi.

Dilansir dari Food Safety, berikut ini cara mencegah paparan zat radioaktif dalam makanan yang Anda konsumsi:

  • Mencuci dan membuat kulit luar makanan
  • Pastikan Anda membaca label pada kemasan makanan untuk mengetahui asal makanan. Jika ada keraguan tentang asal atau kualitas makanan, sebaiknya jangan membeli atau mengonsumsinya
  • Masyarakat tidak perlu menimbun garam beryodium. Saat ini, belum ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa konsumsi garam beryodium dapat mencegah atau mengurangi efek radiasi terhadap kesehatan manusia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi