Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Afrika Selatan Suntikkan Zat Radioaktif ke Cula Badak untuk Mengerem Perburuan Liar

Kompas.com - 06/08/2025, 12:00 WIB
Muhammad Iqbal Amar,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah inovasi diluncurkan oleh para ilmuwan di Afrika Selatan dalam upaya melindungi badak dari kepunahan. 

Melalui Proyek Rhisotope, tim dari University of the Witwatersrand menyuntikkan bahan radioaktif ke dalam cula badak. 

Meski cula badak disuntik radioaktif terdengar ekstrem, para peneliti menegaskan bahwa metode ini sepenuhnya aman bagi satwa dan justru menjadi senjata baru dalam mendeteksi serta mencegah perdagangan ilegal cula badak secara global.

"Penurunan jumlah perburuan liar hanya mungkin terjadi jika upaya pencegahan dilakukan secara proaktif. Teknologi ini menjadi langkah penting karena bersifat proaktif dalam menghadapi masalah, bukan reaktif," ujar Profesor James Larkin dari Universitas Witswatersrand, dikutip dari BBC, Sabtu (2/8/2025).

Baca juga: Keberhasilan Hamil Bayi Tabung Badak Pertama di Dunia Cegah Kepunahan

Ia menekankan bahwa strategi baru ini merupakan langkah proaktif yang dapat mengubah pendekatan konservasi. 

Proyek ini sendiri telah melewati enam tahun penelitian dan pengujian, dengan dana yang digelontorkan mencapai sekitar 290.000 dollar AS (sekitar Rp 4,7 miliar).

Sebanyak 20 ekor badak menjadi bagian dari studi awal, dan hasilnya menunjukkan bahwa penyuntikan radioaktif tidak berdampak negatif terhadap kesehatan mereka. 

Lebih jauh lagi, zat radioaktif ini memungkinkan petugas bea cukai mendeteksi cula yang diselundupkan, bahkan saat disimpan dalam kontainer berukuran 40 kaki.

Baca juga: Kelahiran Bayi Delilah Tambah Populasi Badak Sumatera, Spesies yang Hanya Ada di Indonesia

Cula badak disuntik radioaktif untuk lawan perdagangan gelap

Afrika Selatan saat ini menjadi rumah bagi populasi badak terbesar di dunia, tetapi juga menjadi titik panas perburuan liar, dengan lebih dari 400 ekor badak diburu setiap tahunnya sejak 2021. 

Sebagian besar cula badak diselundupkan ke pasar Asia, di mana mereka dipakai untuk pengobatan tradisional atau dijadikan simbol status.

Jamie Joseph, aktivis konservasi dan direktur Saving the Wild, menyambut baik pendekatan baru ini. 

“Proyek Rhisotope adalah inovasi yang sangat dibutuhkan. Ini mungkin bukan solusi akhir, karena hanya kemauan politik dan penegakan hukum yang bisa mengakhiri krisis badak, tetapi ini adalah langkah besar untuk menghentikan arus penyelundupan dan memberikan data penting untuk memetakan jalur perdagangan ilegal,” katanya.

Baca juga: Bayi Badak Sumatera Lahir di Taman Way Kambas, Kini Total Ada 9 Ekor

Jessica Babich, kepala proyek Rhisotope, menambahkan bahwa tujuan jangka panjang adalah menerapkan teknologi ini secara luas guna melindungi salah satu spesies paling ikonik dan terancam di Afrika. 

“Melalui teknologi ini, kita tidak hanya menjaga badak, tetapi juga mempertahankan bagian penting dari warisan alam kita,” ungkapnya.

Saat ini, badak putih diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam, sementara badak hitam berada di ambang kepunahan. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau