
GRAHAM Arnold mungkin sedang menyesali nasib. Seusai tim asuhannya, Irak, hanya sanggup bermain kacamata kontra Arab Saudi, ia menggerutu.
Skor itu bikin Irak cuma menempati posisi runner up. Sedangkan Arab Saudi tampil sebagai juara grup karena punya produktivitas gol yang lebih oke, yakni 3-2 hasil menang atas tim nasional Indonesia.
"Tim-tim yang mendapat jeda lima hari lolos, dan ini pertama kalinya dalam hidup saya melihat sistem seperti ini," tukas pelatih berkebangsaan Australia itu seperti dikutip sejumlah media.
Arnold sedang menyasar dua negara tuan rumah putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dua negara itu adalah Arab Saudi dan Qatar yang rasanya bukan kebetulan diuntungkan karena bisa rehat lima hari.
Sementara Irak dan Indonesia yang berada di grup sama dengan Arab Saudi cuma punya waktu istirahat tiga hari untuk melakoni dua laga.
Peracik strategi Irak itu memberondong lagi. "Ketika saya di Australia, kami diberitahu bahwa playoff akan diadakan di tempat netral, tapi yang terjadi benar-benar berbeda dan sangat disayangkan," kata Arnold.
Irak adalah negara yang mengandaskan mimpi Indonesia berlaga di Piala Dunia 2026 ketika menjungkalkan tim garuda 1-0 lewat gol Zidane Iqbal.
Baca juga: Gagalkah Proyek Naturalisasi? Sepak Bola adalah Wajah Kita
Sebiji gol yang hanya menerbitkan kegembiraan sebentar lantaran di laga kedua, tim dari negeri 1001 malam itu gagal mengalahkan tuan rumah, Arab Saudi.
Pertandingan Indonesia Vs Irak dikuasai oleh Jay Udzes dkk. Cuma karena penyelesaian akhir yang memble, pasukan Patrick Kluivert gagal melesakkan satu biji pun gol.
Sebagian pecinta bola di Tanah Air mengakui laga Indonesia Vs Irak itu adalah penampilan terbaik timnas di ronde keempat.
Pasukan garuda tampil menyerang dan atraktif, terutama di babak pertama. Namun, sedikit loyo di babak kedua. Mungkin lantaran waktu rehat yang tak sebanyak tuan rumah Arab Saudi. Sedangkan Irak sedang bugar karena itu laga pertamanya di putaran keempat.
Kalau Arnold saja yang menggerutu, mungkin ini bukan masalah besar. Pelatih Oman, Carlos Queiroz pun menggugat hal yang sama.
Ia menyoal keputusan AFC menggelar putaran keempat di dua negara yang sedang berebut tiket ke Piala Dunia 2026. Bukankah lebih adil jika dimainkan di lokasi netral?
“Apakah ada stadion di Jepang atau Kuwait di mana kita bisa bermain? Mungkin orang-orang yang merancang ini memiliki perspektif yang berbeda tentang sepak bola,” ujar Queiroz ketus.
Queiroz adalah pelatih kawakan di dunia sepak bola. Ia pernah jadi asisten Alex Ferguson di Manchester United ketika Setan Merah berjaya di tanah Inggris.