NUSANTARA, KOMPAS.com - Ibu Kota Nusantara (IKN) dirancang sebagai kota cerdas dengan sistem transportasi modern berbasis teknologi mutakhir.
Salah satu yang telah diupayakan adalah menghadirkan Autonomous Rail Transit (ART) atau kereta tanpa rel buatan China dari CRRC Qingdao Sifang.
Namun, setelah uji coba atau Proof of Concept (PoC) pada Agustus–Oktober 2024, ART ini dinyatakan gagal beroperasi secara otonom dan dikembalikan ke China pada Selasa, 29 April 2025.
Apa yang menyebabkan kegagalan ini? Apakah ini akhir dari ambisi transportasi cerdas IKN? Simak catatan Kompas.com, terkait fakta-fakta menarik berikut ini:
Baca juga: Akhirnya, Kereta Tanpa Rel yang Sempat Mengaspal di IKN Balik ke China
ART, yang merupakan kolaborasi antara Otorita IKN, Norinco, dan CRRC, diharapkan menjadi ikon transportasi publik ramah lingkungan di IKN.
Dengan kapasitas hingga 302 penumpang per rangkaian tiga gerbong, kereta tanpa rel ini menggunakan baterai dan sensor untuk navigasi otonom melalui marka jalan, tanpa rel konvensional.
Keunggulannya meliputi biaya investasi lebih rendah dibandingkan kereta rel dan kemampuan mengurangi emisi karbon, sejalan dengan visi IKN sebagai 10-minute city yang hijau dan berkelanjutan.
Uji coba kereta tanpa rel dimulai pada 10 Agustus 2024 di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, melintasi Jalan Sumbu Kebangsaan Barat dan Timur.
Baca juga: Masa Depan Mobilitas dan Transportasi Cerdas IKN Berbasis IoT
PoC yang berlangsung hingga 22 Oktober 2024, ini bertujuan mengevaluasi keandalan teknologi otonom, keselamatan, dan performa baterai.
Namun, hasilnya jauh dari harapan, memicu keputusan pengembalian ke China.
Berdasarkan evaluasi independen oleh pakar transportasi dari universitas ternama seperti UI dan ITB, serta asosiasi profesional, berikut tiga catatan kritis yang menyebabkan kreta tanka rel gagal memenuhi standar IKN:
1. Sistem Otonom Tidak Berfungsi Optimal
Kereta tanya rel dirancang untuk beroperasi tanpa pengemudi, mengandalkan sensor, radar, dan AI untuk navigasi. Namun, selama PoC, sistem otonom tidak dapat berjalan mandiri.
Baca juga: Otorita-Australia Siapkan Revolusi Mobilitas Cerdas Masa Depan IKN
Pengemudi harus tetap memegang kendali dan siap beralih ke mode manual, menunjukkan kurangnya keandalan sistem.
Tidak adanya programmable route control untuk kecepatan dan pengereman per rute juga menyebabkan ketidakmampuan ART beradaptasi dengan kondisi jalan mixed traffic di IKN.