Pesan tersebut diunggah di akun X miliknya sesuai permintaan Al Sharif, tak lama setelah ia dinyatakan meninggal akibat serangan terhadap tenda jurnalis di dekat Rumah Sakit Al Shifa.
“Inilah wasiat dan pesan terakhir saya. Jika kata-kata ini sampai kepada Anda, ketahuilah bahwa Israel telah membunuh saya dan membungkam suara saya,” tulis Al Sharif, dikutip dari ABC News.
Ia melanjutkan, “Tuhan tahu saya telah mengerahkan segenap upaya dan kekuatan untuk menjadi pendukung dan suara rakyat, sejak saya membuka mata terhadap kehidupan di kamp pengungsi Jabalia.”
Ia tewas bersama empat rekannya, yakni Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa.
Al Jazeera melaporkan, seluruh tim liputannya di Kota Gaza meninggal ketika tenda jurnalis yang mereka tempati dibom oleh militer Israel.
Direktur Rumah Sakit Al Shifa menuduh serangan tersebut sengaja menargetkan para jurnalis.
Militer Israel mengeklaim Al Sharif adalah anggota Hamas yang menyamar sebagai jurnalis. Namun, tuduhan itu dibantah oleh Al Sharif semasa hidup maupun oleh Al Jazeera.
Pelapor Khusus PBB, Irene Khan, sebelumnya juga menegaskan bahwa klaim Israel terhadap Al Sharif tidak berdasar.
Beberapa pekan sebelumnya, Al Jazeera mengecam militer Israel atas kampanye hasutan terhadap para jurnalisnya di Gaza, terutama Al Sharif.
“Kami menganggap hasutan ini sebagai upaya berbahaya untuk membenarkan penargetan para jurnalis di lapangan,” tulis Al Jazeera dalam pernyataannya.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengaku sangat khawatir atas ancaman terhadap Al Sharif. Organisasi itu bahkan sempat memprediksi adanya upaya pembunuhan.
Menurut catatan CPJ, sedikitnya 186 jurnalis dan pekerja media tewas di Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023.
https://internasional.kompas.com/read/2025/08/17/050000970/anas-al-sharif-punya-firasat-akan-dibunuh-israel-buat-wasiat-sebelum