Salin Artikel

Israel Tak Hanya Gusur Warga Palestina, tapi Juga Ribuan Pohon di Tepi Barat

Aksi tersebut dilakukan di hadapan militer Israel, menurut laporan jurnalis AFP yang berada di lokasi.

Sebagian besar pohon yang ditebang merupakan pohon zaitun—tanaman penting secara ekonomi dan budaya bagi warga Palestina di wilayah tersebut. Pohon ini juga kerap menjadi titik konflik antara petani Palestina dan pemukim Israel.

Seorang petani lokal, Abdelatif Mohammed Abu Aliya, mengaku kehilangan pohon zaitun berumur lebih dari 70 tahun di atas lahan seluas satu hektar.

“Mereka mencabut dan meratakannya seluruhnya dengan alasan mengada-ada,” ujarnya kepada AFP.

Meski demikian, ia menyebut warga setempat telah mulai menanam kembali pohon-pohon yang dihancurkan.

Fotografer AFP melaporkan, sejumlah pohon zaitun terlihat tergeletak di tanah, sedangkan beberapa buldoser masih beroperasi di area perbukitan.

Salah satu buldoser bahkan terlihat mengibarkan bendera Israel. Di lokasi yang sama, kendaraan militer Israel turut diparkir.

"Tujuannya adalah mengendalikan dan memaksa orang-orang untuk pergi. Ini baru permulaan, dan akan meluas ke seluruh Tepi Barat," kata Ghassan Abu Aliya, pemimpin asosiasi pertanian lokal.

Warga menyebut, aktivitas penebangan sudah dimulai sejak Kamis (21/8/2025).

Sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) Palestina melaporkan, setidaknya 14 orang telah ditangkap dari desa Al Mughayyir dalam tiga hari terakhir.

Dalam pernyataan resmi pada Jumat (22/8/2025), tentara Israel mengonfirmasi penangkapan seorang pria dari desa tersebut yang diduga terlibat dalam serangan.

Sebelumnya, pada 16 Agustus, Otoritas Palestina melaporkan seorang pemuda berusia 18 tahun tewas ditembak oleh tentara Israel di desa yang sama.

Militer Israel mengeklaim pasukannya saat itu merespons pelemparan batu, meski tidak secara spesifik mengaitkan insiden itu dengan kematian korban.

Sementara itu, video yang beredar luas di media Israel pada Jumat memperlihatkan pernyataan dari Komandan Tertinggi Militer Israel di Tepi Barat, Avi Bluth.

Dalam video tersebut, Bluth merujuk pada serangan di Al Mughayyir dan menyatakan, akan memberikan balasan keras terhadap setiap desa atau "musuh" yang menyerang warga Israel.

Bluth menyebut, desa asal penyerang Palestina dapat dikenai jam malam, pengepungan, hingga tindakan pembatasan sebagai langkah pencegahan.

Data Otoritas Palestina mencatat, sedikitnya 971 warga Palestina—termasuk warga sipil dan milisi—tewas akibat tindakan militer dan pemukim Israel sejak saat itu.

Di sisi lain, Israel melaporkan 36 korban tewas dari pihaknya, baik tentara maupun warga sipil, dalam berbagai insiden di Tepi Barat.

Tepi Barat adalah wilayah yang diduduki Israel sejak 1967. Saat ini, wilayah tersebut dihuni oleh sekitar tiga juta warga Palestina dan lebih dari 500.000 warga Israel yang tinggal di permukiman.

Di sisi lain, Kantor Gubernur Yerusalem memperingatkan bahwa proyek permukiman Israel terbaru berpotensi menggusur paksa sekitar 7.000 warga Palestina.

Peringatan itu disampaikan usai Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menyetujui pembangunan lebih dari 6.900 unit rumah bagi pemukim Yahudi di kawasan Ma’ale Adumim dan sekitarnya.

Smotrich, yang juga membawahi urusan permukiman di bawah Kementerian Pertahanan Israel, menyebut proyek E1 bertujuan menghubungkan Ma’ale Adumim dengan Yerusalem.

Namun, proyek ini dinilai dapat memutus keterhubungan wilayah Palestina antara Ramallah dan Betlehem.

Kantor Gubernur Yerusalem menyatakan, sebanyak 22 komunitas Badui akan terdampak langsung oleh proyek tersebut, termasuk komunitas Jabal Al Baba dan Wadi Jamil.

PBB secara konsisten menilai bahwa pembangunan permukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina melanggar hukum internasional.

https://internasional.kompas.com/read/2025/08/29/060000770/israel-tak-hanya-gusur-warga-palestina-tapi-juga-ribuan-pohon-di-tepi

Terkini Lainnya

Bagikan artikel ini melalui
Oke