Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brand Lokal Ini Tanam Sendiri Bahan dan Pewarna Pakaian, Terapkan Fashion Berkelanjutan

Kompas.com - 29/08/2025, 17:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - SukkhaCitta dikenal menanam sendiri bahan baku dan pewarna alami pakaian-pakaiannya, sesuai dengan konsep yang diusung yaitu fesyen berkelanjutan.

Namun, penanaman yang dilakukan tidak sembarangan. Mereka menerapkan sistem tanam tumpang sari yang selaras dengan filosofi mereka yakni berkelanjutan.

“Kami menanam kapas secara tumpang sari karena itu sebenarnya cara tanam yang menyembuhkan,” ucap Creative Director SukkhaCitta, Anastasia Setiobudi kepada Kompas.com di toko SukkhaCitta di  ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

SukkhaCitta menanam bahan dan pewarna alami pakaiannya

Menggunakan sistem penanaman tumpang sari, apa itu?

Anastasia menambahkan, petani kapas di Indonesia sudah berkurang cukup signifikan. Untuk memantik semangat agar para petani kembali melirik kapas, pihaknya menerapkan sistem tanam tumpang sari.

Adapun tumpang sari adalah sistem tanam yang menempatkan dua atau lebih tanaman dalam satu lahan dan waktu yang sama. Salah satu tanaman menjadi tanaman utama, sedangkan sisanya menjadi tanaman pendamping.

Creative Director SukkhaCitta Anastasia Setiobudi dalam peluncuran koleksi terbaru SukkhaCitta bertajuk PERTIWI: A Modern Heritage Edit di toko SukkhaCitta, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).Kompas.com / Nabilla Ramadhian Creative Director SukkhaCitta Anastasia Setiobudi dalam peluncuran koleksi terbaru SukkhaCitta bertajuk PERTIWI: A Modern Heritage Edit di toko SukkhaCitta, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

Tujuan dari tumpang sari adalah untuk lebih mengoptimalkan penggunaan lahan, dan memperoleh hasil panen yang lebih beragam.

“Kenapa itu sebenarnya cara tanam yang menyembuhkan? Karena, kalau menanamnya secara monokultur saja, satu jenis tanaman saja, itu sebenarnya sangat merusak tanah. Unsur haranya sudah enggak ada lagi,” terang Anastasia.

Selama melakukan research and development (riset dan pengembangan) terkait penanaman tanaman kapas secara tumpang sari, pihak SukkhaCitta mengambil sampel tanah sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam itu.

“Setelah ditanam (secara tumpang sari), tanahnya jadi lebih menyerap banyak karbondioksida karena sistem alamnya berfungsi. Ada cabai sebagai pestisida, dan pohon besar kayak pohon pisang atau kelapa sebagai shading. Jadi mereka saling merawat,” jelas Anastasia.

Pewarna alami dari tanaman

Untuk kapas, mereka menggunakannya sebagai bahan baku pakaian untuk ditenun menggunakan teknik menenun ATBM oleh para ibu dari lima desa di Indonesia yang bekerja sama dengan SukkhaCitta.

Sementara itu, tanaman lainnya yang juga ditanam secara tumpang sari, dimanfaatkan sebagai pewarna alami pakaian.

Salah satu koleksi terbaru yang dihasilkan dari sistem tanam tumpang sari ini adalah PERTIWI: A Modern Heritage Edit. Koleksi ini menggabungkan tiga jenis pakaian yang kental akan budaya Nusantara yaitu beskap, kebaya, dan kain.

“Kami ingin petani-petani Indonesia ikutan mengadopsi, dengan melihat bahwa kita masih bisa lho menanam secara tumpang sari kayak leluhur kita dulu. Itu masih bermanfaat untuk mereka, dan untuk planet kita,” jelas Anastasia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau