KOMPAS.com — Keputusan penyanyi Raisa menggugat cerai Hamish Daud setelah delapan tahun menikah mengejutkan publik. Pasangan tersebut selama ini terlihat harmonis dan kompak di media sosial, bahkan kerap dijadikan couple goals.
Melalui sistem e-court Pengadilan Agama Jakarta Selatan, gugatan perceraian Raisa resmi diajukan pada Rabu (22/10/2025).
Baca juga:
Berkaca dari peristiwa tersebut, Psikolog Klinis Winona Lalita R., M.Psi., Psikolog mengingatkan, apa yang tampak di media sosial belum tentu menggambarkan kenyataan dalam hubungan seseorang.
“Apa yang kita lihat di media sosial itu tidak selalu mencerminkan atau mewakili kondisi yang sebenarnya,” jelas Winona saat diwawancarai Kompas.com, Senin (27/10/2025).
Winona menilai, banyak pasangan yang tampak harmonis di mata publik karena mereka hanya menampilkan potongan kecil dari kehidupan sehari-hari.
“Contohnya, Instagram Story, kalau video maksimal satu slide itu hanya 60 detik, sedangkan waktu kita hidup dalam satu hari saja sudah berapa ribu detik,” ujarnya.
Artinya, publik tidak bisa begitu saja menyimpulkan bahwa pasangan yang terlihat mesra di dunia maya benar-benar hidup tanpa masalah.
Apa yang tampak sempurna sering kali hanya merupakan cuplikan terbaik dari sebuah realita yang jauh lebih kompleks.
Perceraian Raisa dan Hamish Daud menunjukkan sisi lain kehidupan selebritas. Psikolog ingatkan agar tak menilai kebahagiaan hanya dari medsos.Lebih lanjut, ia menjelaskan, manusia secara alami memiliki dorongan untuk menampilkan hal-hal positif kepada orang lain.
Setiap orang memiliki kecenderungan ingin dilihat sebagai sosok yang bahagia, sukses, dan harmonis, meskipun kenyataannya mungkin berbeda.
“Secara natural, kita sebagai manusia punya dorongan untuk menunjukkan yang baik-baik saja,” tutur Winona.
“Ada orang yang punya kecenderungan untuk mempresentasikan diri itu secara baik. Kalau bisa dia menunjukkan bahwa dirinya itu ideal,” sambungnya.
Dalam konteks pasangan publik figur, dorongan ini bahkan bisa menjadi lebih kuat. Menurut Winona, selebritas sering memiliki kepentingan untuk menjaga citra dan menunjukkan sisi terbaik dari kehidupan pribadi mereka kepada publik.
Baca juga:
Perceraian Raisa dan Hamish Daud menunjukkan sisi lain kehidupan selebritas. Psikolog ingatkan agar tak menilai kebahagiaan hanya dari medsos.Meski begitu, Winona menekankan bahwa tidak semua orang menutupi masalahnya di media sosial. Ada juga individu atau pasangan yang jujur mengakui ketika mereka sedang tidak baik-baik saja.
Mereka memilih untuk membagikan kesulitan atau proses yang sedang dijalani, baik secara terbuka maupun dalam lingkaran terbatas.
“Meski begitu, ada juga yang jujur dengan apa yang sedang dialami, kalau lagi ada masalah dia ceritakan masalahnya,” kata Winona.
Namun, tetap penting untuk diingat bahwa media sosial bukan representasi penuh dari realita hidup seseorang.
Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan, keharmonisan, atau kesedihan seseorang hanya dari apa yang dibagikan secara online (daring).
“Sehingga enggak bisa kita melihat sosial media ini sebagai wakil dari realita yang terjadi,” tutur Winona.
Kasus seperti Raisa dan Hamish menjadi contoh nyata bahwa citra hubungan di depan publik bisa berbeda dari kondisi sebenarnya.
Ada banyak faktor di balik keputusan dua orang untuk berpisah, mulai dari perbedaan nilai, perubahan tujuan hidup, hingga dinamika emosional yang rumit.
Winona menilai, perceraian tidak selalu berarti hubungan itu gagal. Dalam beberapa kasus, perceraian justru bisa menjadi bentuk keberanian untuk jujur terhadap diri sendiri dan mencari kebahagiaan yang lebih sehat.
Baca juga: