JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir masih menggenangi permukiman warga di RW 006, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, hingga Minggu (2/11/2025) atau hari ketiga sejak tanggul Baswedan jebol.
Pantauan Kompas.com, di lokasi menunjukkan air bercampur lumpur masih memenuhi gang-gang sempit hingga ke teras dan ruang tamu warga.
Anak-anak tampak bermain di genangan, sementara sebagian warga memilih bertahan di rumah.
Warga mengaku kelelahan karena banjir tak kunjung surut, sementara bantuan logistik belum datang dalam jumlah memadai.
Sejumlah rumah juga mengalami kerusakan di bagian bawah dinding dan lantai akibat terendam lumpur.
Air tampak mengalir deras melalui saluran sempit yang menghubungkan permukiman ke anak sungai kecil di belakang rumah warga.
Di beberapa titik, arus air bahkan menabrak dinding rumah hingga memantul kembali ke gang, mempercepat aliran di permukiman.
Ketinggian air bervariasi antara mata kaki di area depan hingga lutut di bagian dekat kali. Tumpukan kayu, sampah, dan serpihan bangunan tampak menyumbat aliran air di sejumlah titik.
Beberapa karung pasir dan plat besi darurat telah dipasang di bibir sungai, tetapi arus deras membuat upaya tersebut belum efektif menahan banjir.
“Sudah tiga hari kami enggak dapat obat-obatan sama makanan,” kata Mila (58) warga RT 003 RW 006 kepada Kompas.com.
Kondisi serupa dialami warga lain. Persediaan makanan menipis, stok air bersih terbatas, dan obat-obatan sulit diperoleh.
“Beberapa hari ini cuma makan dari bantuan tetangga, belum ada yang resmi datang,” ujar Tuti (38) warga yang rumahnya terendam.
Sejumlah rumah warga tampak rusak di bagian bawah karena tekanan air dan lumpur. Ubin copot, plester dinding terkelupas, dan perabotan terendam.
Saluran air di sekitar lokasi tampak tersumbat sampah dan kayu. Penyempitan saluran mempercepat aliran air ke arah rumah warga.
Di sisi lain, petugas SDA terlihat membentuk rantai manusia untuk memindahkan karung berisi tanah dari titik penumpukan ke lokasi tanggul yang jebol.
Langkah darurat ini dilakukan untuk memperlambat arus air sambil menunggu alat berat dan pompa besar dikirimkan.
“Kami sedang tangani dulu titik jebolnya biar aliran bisa dikendalikan,” ujar salah satu petugas di lokasi.
Beberapa warga turut membantu proses tersebut sambil mengevakuasi barang ke tempat lebih tinggi.
“Kami angkat barang ke lantai dua, sambil bantu petugas juga,” kata Romi (28).
Meski bantuan relawan sudah datang, warga menilai jumlahnya belum sebanding dengan kebutuhan.
“Kalau bisa ada pompa besar dan bantuan makanan cepat datang, karena air belum juga surut,” ujar Romi.
Banjir juga membuat sebagian warga kehilangan hari kerja. Usaha kecil seperti warung makan dan jasa cuci pakaian berhenti beroperasi karena akses pelanggan terputus.
Warga berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul secara permanen dan menormalisasi saluran air.
Mereka juga meminta bantuan logistik seperti makanan siap saji, air bersih, dan obat-obatan dasar.
“Yang paling penting sekarang itu bantuan makanan, air, sama obat. Kalau bisa, tolong tanggulnya diperbaiki biar enggak jebol terus,” ujar Romi.
Hingga berita ini ditayangkan, petugas masih berjaga di lokasi untuk memperkuat tanggul darurat. Warga tetap bertahan di rumah masing-masing sambil menunggu air surut dan bantuan tambahan tiba.
https://megapolitan.kompas.com/read/2025/11/02/10240281/tak-kunjung-surut-banjir-masih-genangi-rumah-warga-jati-padang