JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil mengatakan, Kanal Banjir Timur menjadi salah satu titik yang akan dikaji untuk digunakan sebagai jalur riverway atau transportasi sungai.
"Iya itu masih dikaji, dari 13 (titik saluran air) itu mana yang memadai. Gagasannya tetap relevan, hanya satu atau berapa dari 13, masih dikaji," kata Ridwan Kamil di Kanal Banjir Timur, Minggu (13/10/2024).
Lebih lanjut, mantan gubernur Jawa Barat itu memandang perlu dilakukan pengerukan di Kanal Banjir Timur lantaran terjadi pendangkalan di saluran air tersebut.
"Waktu zaman Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur Jakarta periode 2014-2017) itu pengerukan rutin. Nah sekarang saya enggak lihat ada ekskavator ya, sehingga terjadi pendangkalan," tambah Ridwan Kamil.
Baca juga: Dukungan Relawan Jokowi dan Prabowo untuk Ridwan Kamil-Suswono, Seampuh Apa?
Selain pengerukan, kata Ridwan Kamil, Kanal Banjir Timur perlu disempurnakan sesuai prosedur operasi standar jika hendak dimanfaatkan sebagai jalur riverway.
"Ya nanti dikaji dulu, gagasan itu kan datang dari zaman Pak Sutiyoso (Gubernur Jakarta periode 1997-2007) di rute-rute yang memungkinkan, di mana yang memungkinkan itu masih dikaji," ujar Ridwan Kamil.
Sebelumnya diberitakan, Ridwan Kamil berencana menghadirkan transportasi di atas sungai atau riverway sebagai salah satu solusi untuk mengurai macet di Jakarta.
“Kita mungkin akan coba berinovasi membuat riverway atau perahu melintasi 13 sungai di Jakarta,” ujar Ridwan Kamil saat debat perdana Pilkada Jakarta di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Minggu (6/10/2024).
Kehadiran riverway ini akan didukung dengan perluasan flyover dan jaringan MRT, LRT, Transjakarta, jalur sepeda, serta moda transportasi umum lainnya.
Adapun Ketua Komunitas Ciliwung-Condet, Abdul Kodir, menilai rencana transportasi sungai yang digagas Ridwan Kamil tidak realistis dan berpotensi sia-sia.
Selain akan berbiaya mahal, menurut Kodir, Sungai Ciliwung sudah tidak mampu menampung beban moda transportasi yang direncanakan.
"Kalau kita mau merubah bentang alam, mahal. Sustainability-nya itu rendah. Kalau buat transportasi umum, enggak mungkin. Saya enggak setujui karena sia-sia," ujar Kodir saat ditemui Kompas.com, Selasa (8/10/2024).
Baca juga: Janjikan Digitalisasi untuk UMKM di Jakarta, Ridwan Kamil: Nasi Uduk Harus Naik Kelas
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini