KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada masyarakat yang terus mendukung langkah-langkah kebijakan yang ia ambil, terutama yang menyangkut kepentingan jangka panjang.
Dalam sebuah pernyataan terbarunya, Dedi mengakui berbagai keputusan yang diambilnya sebagai kepala daerah tidak selalu memuaskan semua pihak.
Meski demikian, dirinya menegaskan, bahwa segala kebijakannya tetap berorientasi untuk kepentingan masyarakat luas.
"Saya paham tidak semua kebijakan dan tindakan saya memuaskan semua orang. Pasti ada yang merasa terganggu atau dirugikan," ujar Dedi dalam unggahan video di akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71, Jumat, (20/6/2025).
"Tapi pemimpin itu harus mengambil keputusan untuk banyak orang. Jangan mengorbankan banyak orang hanya untuk melindungi sedikit orang. Itulah pemimpin," lanjutnya.
Baca juga: Dedi Mulyadi: Antara Komunikasi Populis dan Populisme Komunikasi
Dedi juga menyinggung situasi yang dihadapi sebelumnya, seperti maraknya tambang ilegal, kondisi infrastruktur jalan yang rusak, premanisme, hingga persoalan lingkungan seperti sampah dan kawasan kumuh.
Dengan gaya bahasa metafora, Dedi menggambarkan bagaimana kebijakannya dalam menangani berbagai masalah tersebut justru menimbulkan keberatan dari sejumlah pihak.
"Ketika kita membabat semak, pasti banyak tikus yang berlari, ular yang meronta, dan kecoa yang berteriak. Tapi semua itu harus dihadapi dan diselesaikan bersama," ujar Dedi.
Dedi turut menegaskan, bahwa ia tidak mencari popularitas semata. Ia lebih memilih untuk meninggalkan warisan yang bermakna dibandingkan dengan sekadar mendapat pujian sesaat.
"Saya lebih memilih menjadi pemimpin yang dibenci tapi meninggalkan legasi, daripada dipuja tapi hanya meninggalkan harapan hampa," tegasnya.
Baca juga: Warungnya Dibongkar, Warga Gabus: Saya Enggak Mau Pilih Dedi Mulyadi Lagi...
Sejak menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, sejumlah kebijakan Dedi Mulyadi kerap menimbulkan kontroversi dan perdebatan publik.
Beberapa pihak juga kerap menyatakan ketidaksetujuannya atas kebijakan mantan Bupati Purwakarta tersebut, salah satu yang terbaru ialah Irwansyah (51), warga Kampung Gabus, Bekasi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Irwansyah sempat kecewa terhadap Dedi Mulyadi karena warung kopinya di bantaran saluran irigasi Jalan Kong Isah, Kampung Gabus dibongkar Satpol PP.
Ia mengaku sebagai rakyat kecil yang kehilangan mata pencaharian dan merasa warungnya berdiri di atas tanah warisan keluarganya.
Irwansyah sendiri merupakan cucu dari Nausan, yang merupakan Bupati Swantatra Bekasi periode 1958-1960.