Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Protes Tunjangan Perumahan DPR Rp 50 Juta: Lebih Mirip Kemewahan daripada Kebutuhan

Kompas.com - 21/08/2025, 13:43 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Larissa Huda

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta per bulan untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI kembali menuai kritik dari masyarakat.

Beberapa warga menilai nominal tersebut terlalu tinggi dan tidak proporsional dibandingkan pendapatan rakyat.

Salah satunya diungkapkan Yaomi (27), yang menilai besaran tunjangan itu lebih terlihat sebagai kemewahan daripada kebutuhan kerja anggota DPR.

Baca juga: Heboh Tunjangan Jumbo Anggota DPR Berujung Klarifikasi Tak Ada Kenaikan

“Memberi Rp 50 juta per bulan lebih terlihat seperti kemewahan ya daripada kebutuhan kerja DPR,” kata Yaomi kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).

Menurut Yaomi, tunjangan berlabel untuk kebutuhan tempat tinggal anggota DPR saat ini tidak proporsional dan terlihat abai pada kondisi ekonomi masyarakat.

“Kalau memang tujuannya agar anggota DPR fokus kerja, tunjangan tetap bisa diberikan. Tapi, harus realistis dan wajar, bukan angka yang bikin geleng kepala,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Dira (25), warga asal Depok, yang geram ketika membandingkan nominal tunjangan perumahan dengan gaji bulanannya.

“Bukan bermaksud lebih senang lihat orang susah tapi kayak enggak etis aja. Banyak hal yang kena efisiensi termasuk di kementerian bahkan untuk pendidikan,” ujar Dira.

Baca juga: Ahok Soal Tunjangan DPR Naik: Semua Anggaran Dibuka, Biar Tahu Dipakai ke Mana Aja

“Pemerintah malah kasih tunjangan tambahan buat anggota DPR yang notabene tunjangan lainnya juga sudah mencukupi kebutuhan,” sambungnya.

Dira menambahkan, kinerja anggota DPR yang mengatasnamakan wakil rakyat sering kali tidak terasa manfaatnya.

“Mereka sangat tidak mewakili rakyat, tapi mewakili diri mereka sendiri dan golongan tertentu,” terang Dira.

Persoalan tunjangan perumahan ini telah diberlakukan sejak Oktober 2024 dan kembali mencuat ke publik. Pihak DPR menilai besaran tunjangan tersebut wajar, tetapi masyarakat sipil berpendapat berbeda.

Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menjelaskan, tunjangan perumahan diberikan sebagai pengganti rumah dinas yang sebelumnya disediakan negara untuk anggota DPR.

Baca juga: Klarifikasi soal Tunjangan Beras DPR Rp 12 Juta, Adies: Rp 200.000 per Bulan

Menurut dia, besaran Rp 50 juta per bulan sebanding dengan rata-rata harga sewa rumah di kawasan Senayan, Jakarta.

“Saya kira make sense (masuk akal) lah kalau Rp 50 juta per bulan. Itu untuk anggota, kalau pimpinan enggak dapat karena dapat rumah dinas,” ujar Adies di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/8/2025).

Adies menambahkan, rata-rata biaya sewa kos di sekitar Senayan hanya sekitar Rp 3 juta per bulan. Namun, anggota DPR membutuhkan rumah dengan fasilitas lebih lengkap, yang tidak bisa dipenuhi oleh indekos.

“Kalau daerah sini (Senayan) Rp 40 sampai Rp 50 jutaan juga (besaran sewa rumahnya),” kata dia.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kasus TBC di Jakarta Utara Capai 5.942 dalam Setahun Terakhir
Kasus TBC di Jakarta Utara Capai 5.942 dalam Setahun Terakhir
Megapolitan
Saat Jenderal TNI Konsultasi Temuan Dugaan Tindak Pidana oleh Ferry Irwandi ke Polda Metro
Saat Jenderal TNI Konsultasi Temuan Dugaan Tindak Pidana oleh Ferry Irwandi ke Polda Metro
Megapolitan
Profil Ferry Irwandi: Konten Kreator, Aktivis, dan Dugaan Tindak Pidana oleh Dansatsiber TNI
Profil Ferry Irwandi: Konten Kreator, Aktivis, dan Dugaan Tindak Pidana oleh Dansatsiber TNI
Megapolitan
Mabuk Arak Picu Pria Aniaya Sekuriti di Depok hingga Patah Tulang
Mabuk Arak Picu Pria Aniaya Sekuriti di Depok hingga Patah Tulang
Megapolitan
BEM UI Gelar Demo 9 September di DPR Siang Ini, Tagih 17+8 Tuntutan Rakyat
BEM UI Gelar Demo 9 September di DPR Siang Ini, Tagih 17+8 Tuntutan Rakyat
Megapolitan
Rusaknya Pagar Trotoar di Serpong, Bikin Pejalan Kaki Menapak dengan Cemas
Rusaknya Pagar Trotoar di Serpong, Bikin Pejalan Kaki Menapak dengan Cemas
Megapolitan
Ferry Irwandi Hadapi Sorotan Dansatsiber TNI, Antara Ide dan Dugaan Pidana
Ferry Irwandi Hadapi Sorotan Dansatsiber TNI, Antara Ide dan Dugaan Pidana
Megapolitan
Kasus Pembunuhan Munir Jangan Tenggelam...
Kasus Pembunuhan Munir Jangan Tenggelam...
Megapolitan
Update Kasus Penyerangan Kantor Polisi di Jaktim: 14 Tersangka, 5 Senjata Api Hilang
Update Kasus Penyerangan Kantor Polisi di Jaktim: 14 Tersangka, 5 Senjata Api Hilang
Megapolitan
Menanti Janji DPRD DKI Jakarta Revisi Tunjangan Rumah Rp 70 Juta...
Menanti Janji DPRD DKI Jakarta Revisi Tunjangan Rumah Rp 70 Juta...
Megapolitan
Kasus 7 Senjata Api Hilang saat Penyerangan Polsek Matraman Ditangani Polda Metro
Kasus 7 Senjata Api Hilang saat Penyerangan Polsek Matraman Ditangani Polda Metro
Megapolitan
Nasib JPO Senen dan Polda Metro: Hancur Dalam Semalam, Perbaikannya Berbulan-bulan
Nasib JPO Senen dan Polda Metro: Hancur Dalam Semalam, Perbaikannya Berbulan-bulan
Megapolitan
Cerita di Balik Pergantian Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta, Ada Pesan Khusus
Cerita di Balik Pergantian Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta, Ada Pesan Khusus
Megapolitan
Hadirnya Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung, Hasil Swadaya untuk Bantu Warga
Hadirnya Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung, Hasil Swadaya untuk Bantu Warga
Megapolitan
KontraS Update Orang Hilang Usai Demo Agustus 2025: 4 Belum Ditemukan
KontraS Update Orang Hilang Usai Demo Agustus 2025: 4 Belum Ditemukan
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau