JAKARTA, KOMPAS.com – Publik ramai membicarakan Tepuk Sakinah, metode edukasi yang digunakan Kantor Urusan Agama (KUA) Menteng, Jakarta Pusat, dalam bimbingan perkawinan (binwin) bagi calon pengantin.
Di balik lantunan riang dan gerakan sederhana dalam Tepuk Sakinah, ternyata terdapat makna tentang lima pilar keluarga sakinah.
Penghulu KUA Menteng, Abdul Hakim menerangkan bahwa setiap gerakan memiliki makna tersendiri.
Baca juga: Terungkap Awal Mula Terciptanya “Tepuk Sakinah” yang Kini Viral
Saat dua jari telunjuk saling menunjuk bergantian ke atas dimaknai sebagai zawaj atau berpasangan.
Gerakan itu menggambarkan suami dan istri harus menyadari bahwa mereka adalah pasangan yang saling melengkapi dan memiliki peran masing-masing dalam keluarga.
Lalu ketika lantunan “janji kokoh janji kokoh, janji kokoh” terdengar, kedua tangan yang saling mengunci jari menggambarkan mitsaqon gholidzo, yaitu janji kokoh yang menjadi fondasi pernikahan. '
"Janji janji kokoh janji kokoh ini kan mitsaqon gholidzo," kata Abdul sambil menirukan gerakan di KUA Menteng, Jumat (26/9/2025).
Baca juga: KUA Pancoran Mas: Tepuk Sakinah agar Catin Paham Keharmonisan Rumah Tangga
Makna ini menekankan bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang harus dijaga dan dipegang teguh oleh suami dan istri, seperti janji yang kokoh.
Gerakan berikutnya cukup panjang, yakni membentuk tanda hati dengan tangan, memberi hormat, menepuk bahu, lalu menyilangkan tangan di dada.
"Saling cinta saling hormat kemudian saling jaga itu artinya mu’asyarah bil ma’ruf," imbuhnya.
Semua rangkaian itu melambangkan mu’asyarah bil ma’ruf atau sikap saling cinta, saling hormat, dan saling menjaga.
Suami dan istri harus memperlakukan satu sama lain dengan baik, penuh kasih sayang, dan saling menghormati.
Setelah itu, jari yang membentuk tanda “OK” diikuti gerakan memberi salam melambangkan sakinah itu sendiri, ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian.
"Pesan moralnya, keluarga harus dibangun di atas cinta, musyawarah, dan saling ridho. Jangan sampai setelah menikah kecewa lalu menyalahkan pasangan, tapi harus menerima takdir Allah dengan ridho,” kata Abdul.
Baca juga: Viral “Tepuk Sakinah”, Inovasi Kemenag untuk Mudahkan Calon Pengantin Ingat Nilai Keluarga
Menurut Abdul, suami dan istri harus saling ridha, menerima kekurangan masing-masing, dan berusaha menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan menyenangkan.