JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana pemerintah memperketat larangan impor pakaian bekas atau balpres menimbulkan kekhawatiran di kalangan pembeli setia Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Para pemburu thrifting menilai, pemerintah seharusnya cukup menertibkan impor bermasalah tanpa perlu mengubah wajah Pasar Senen menjadi pasar produk lokal.
“Kalau mau ditertibkan impornya, silakan. Tapi jangan dirombak semua jadi barang lokal. Kami sebagai pembeli sudah terbiasa thrifting bertahun-tahun,” ujar Agata (28), pengunjung asal Tangerang, saat ditemui Kompas.com di Pasar Senen, Senin (27/10/2025).
Baca juga: Thrifting Pasar Senen Diganti Barang Lokal, Warga: Takutnya Sepi Kayak Tanah Abang
Menurut Agata, daya tarik utama Pasar Senen justru terletak pada keberagaman pakaian impor bekas yang unik, berkualitas, dan terjangkau.
“Saya datang ke sini karena barangnya beda. Kadang cuma satu potong, modelnya enggak pasaran. Kalau barang lokal kan sering kembar semua,” katanya.
Ia menambahkan, aktivitas thrifting tidak hanya diminati pembeli, tetapi juga telah menciptakan ekosistem ekonomi rakyat yang hidup sejak lama.
“Ekonomi bisa tetap jalan tanpa harus diganti jadi barang lokal. Di sini ada banyak orang kecil yang hidup dari thrifting,” ucapnya.
Agata menilai, kebijakan pemerintah seharusnya berfokus pada pengawasan impor agar lebih teratur, bukan menghapus seluruh aktivitas yang sudah berjalan puluhan tahun.
“Kalau sudah sesuai dan bagus, cukup diawasi impornya. Enggak perlu dihapus atau diubah semua,” tambahnya.
Meski begitu, Agata menegaskan dirinya tidak menolak produk lokal. Ia siap membeli jika kualitasnya sebanding dengan barang impor.
Baca juga: Harga dan Kualitas, Alasan Pemburu Thrifting di Pasar Senen Lebih Suka Barang Impor
“Kalau barang lokal sebagus barang luar, walau mahal sedikit, pasti saya beli,” ujarnya.
Namun, ia mengakui kualitas dan variasi produk lokal saat ini masih sulit menandingi barang impor, bahkan yang bekas sekalipun.
“Sejauh ini susah nyari yang sama. Kalau di Tanah Abang kan kebanyakan grosir, bahannya kadang panas, tebal, atau modelnya kembar semua,” kata Rani, pengunjung lain.
“Kalau thrifting kan limited, cuma satu, dan enggak takut kembaran sama orang lain,” lanjutnya.
Pendapat serupa disampaikan Mesya (29), teman Agata yang juga rutin berbelanja barang thrifting.