JAKARTA, KOMPAS.com – Suara pedagang yang menawarkan jaket dan celana jeans bekas masih riuh di antara lorong sempit Blok III Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Di tengah ramainya pengunjung yang berburu pakaian impor murah, terselip kegelisahan baru, yakni rencana pemerintah menerapkan denda bagi pelaku impor pakaian bekas ilegal (balpres).
Bagi para pemburu thrifting, kebijakan itu bisa berarti berakhirnya “surga” berburu pakaian bekas berkualitas dari luar negeri yang selama ini menjadi daya tarik utama Pasar Senen.
Baca juga: Warga: Pasar Senen Sudah Lama Jual Thrifting, Kenapa Baru Sekarang Dilarang?
“Kalau sampai dilarang, ya enggak seru lagi. Sensasinya nyari barang bagusnya itu yang bikin nagih,” kata Adil (31), pembeli yang ditemui Kompas.com, Senin (27/10/2025).
Adil datang bersama istri dan anaknya, sebuah kebiasaan bulanan yang sudah menjadi gaya hidup keluarga mereka.
Bagi sebagian besar pembeli, daya tarik utama thrifting bukan hanya karena harga murah, melainkan kualitas dan keunikan barang.
“Barang Jepang atau Korea itu kainnya kuat, jahitannya rapi. Kalau diganti barang lokal, belum tentu semenarik itu,” ujar Siska (20), istri Adil.
Ia menilai, pakaian impor bekas justru menjadi solusi bagi masyarakat berpenghasilan terbatas yang ingin tampil rapi tanpa menguras dompet.
Hal serupa disampaikan Fara (24), mahasiswi asal Jakarta Selatan, yang mulai gemar thrifting dua tahun terakhir setelah sering melihat konten “haul thrifting” di media sosial.
“Dari TikTok banyak yang review barang Senen bagus-bagus. Jadi penasaran,” katanya sambil menenteng dua plastik besar berisi jaket dan celana kargo.
Baca juga: Pemburu Thrifting: Kalau Barang Lokal Sebagus Impor, Pasti Saya Beli
Menurut dia, thrifting bukan sekadar aktivitas belanja, tetapi pengalaman mencari barang unik dan “limited edition”.
“Kadang nemu jaket vintage yang enggak dijual di mana-mana. Itu yang bikin seru,” ujarnya.
Sebagian pembeli khawatir Pasar Senen akan kehilangan daya tarik jika seluruh pakaian impor diganti dengan produk lokal.
“Kalau nanti barang impor diganti semua sama lokal, takutnya Pasar Senen malah jadi sepi kayak Tanah Abang,” kata Kris (29), pembeli asal Bekasi.
Menurut dia, produk lokal masih perlu ditingkatkan agar bisa bersaing dari segi kualitas dan harga.