Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Kerja Difabel: Banyak Perusahaan Akali Kuota Kerja Penyandang Disabilitas

Kompas.com - 03/11/2025, 17:11 WIB
Hafizh Wahyu Darmawan,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dimas (30), penyandang disabilitas asal Depok, Jawa Barat, menilai banyak perusahaan belum benar-benar membuka kesempatan kerja yang setara bagi penyandang disabilitas.

Padahal, sudah ada aturan yang mewajibkan perusahaan mempekerjakan minimal satu hingga dua persen pekerja disabilitas.

Ia menilai, sejumlah perusahaan justru mengakali aturan tersebut dengan membuka lowongan magang sementara tanpa kepastian status kerja tetap setelah masa magang berakhir.

Baca juga: Cerita Pahit Disabilitas Saat Kerja: Target Sama, Gaji Tak Setara

"Kadang status 1 persen itu hanya untuk magang. Jadi untuk percobaan magang 3 bulan. Dan tidak ada perpanjangan lagi untuk ke depannya," kata Dimas saat ditemui dalam acara Job Fair dan Upskilling di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2025).

"Itu yang saya temui dari teman saya disabilitas. Kadang ada dapat pekerjaan, tapi statusnya magang. Dari statusnya itu 3 bulan itu enggak ada perpanjangan lagi," lanjut dia.

Dimas menilai praktik yang demikian membuat kesempatan penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi semakin kecil.

"Jadi statusnya magang aja, tapi enggak jadi pegawai. Harapannya sih kalau memang perusahaan tersebut menerima disabilitas, ke depannya dijadikan pegawai-pegawai disabilitas tetap mungkin," ujarnya.

Meski begitu, Dimas tetap berupaya meningkatkan keterampilannya agar dapat bersaing di dunia kerja.

Ia memiliki keahlian di bidang desain grafis dan digital marketing, dua bidang yang kini ia tekuni sebagai pekerja lepas (freelancer).

Baca juga: Jeritan Hati Penyandang Disabilitas: Harus Cuti Kuliah karena Sulit Dapat Kerja

"Cari lowongan karena saya biasa di rumah kerjanya. Kerjanya kan freelance desain grafis. Saya basic dari desain grafis. Tapi karena freelance, enggak pasti dalam kerjanya. Jadi saya coba agak melangkah-langkah lagi mencari pekerjaan tetap," ujar dia.

Selain itu, Dimas juga menyoroti pentingnya perusahaan memahami kebutuhan aksesibilitas fisik maupun nonfisik bagi pegawai disabilitas agar mereka bisa bekerja dengan nyaman dan setara.

Ia menilai dukungan lingkungan kerja menjadi salah satu faktor penting yang masih sering diabaikan.

"Selain kebutuhan fisik, misalnya kebutuhan akses untuk jalur untuk tuna netra misalnya atau untuk tuli ada bahasa isyarat. Selain itu, bantuan dari kondisi pegawai lain yang paham terkait dengan disabilitas itu juga penting," kata Dimas.

Meski telah bekerja sebagai freelancer desain grafis selama setahun terakhir, Dimas mengaku penghasilannya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Kalau dari saya sih masih kurang ya, jadi masih berjuang juga buat penghasilan sehari-hari. Makanya itu saya mencoba untuk mencari pekerjaan lagi agar bisa kebutuhan sehariannya tercukupi," ujar dia.

Baca juga: Cerita Zidan, Figuran “The Doll 3” yang Kini Cari Pekerjaan Tetap di Job Fair Disabilitas

Sama seperti Dimas, Asroi (22), penyandang disabilitas yang mencari kerja di Job Fair dan Upskilling disabilitas, menilai, regulasi yang mewajibkan perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas belum berjalan maksimal karena tidak disertai sanksi tegas bagi pelanggar.

“Menurutku sistemnya tuh kurang maksimal karena enggak ada sistem denda gitu loh. Kayak misalnya perusahaan yang belum menerima disabilitas tuh walaupun diwajibkan 1 persen atau 2 persen dari seluruh karyawan, tapi kan masih ada perusahaan yang masih ngelanggar gitu loh,” katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ini Respons Walkot Tangsel Usai Pemprov DKI Minta Daerah Penyangga Bangun Park and Ride
Ini Respons Walkot Tangsel Usai Pemprov DKI Minta Daerah Penyangga Bangun Park and Ride
Megapolitan
Cerita Pilu Warga Ragunan: Motor Warisan Ayahnya Dicuri Saat Sedang Sakit
Cerita Pilu Warga Ragunan: Motor Warisan Ayahnya Dicuri Saat Sedang Sakit
Megapolitan
Ini Tampang Driver Ojol yang Tinggalkan Penumpangnya Usai Kecelakaan
Ini Tampang Driver Ojol yang Tinggalkan Penumpangnya Usai Kecelakaan
Megapolitan
Atasi Penumpang KRL Berdesakan di Jam Sibuk, KAI Bakal Tambah Rangkaian Kereta
Atasi Penumpang KRL Berdesakan di Jam Sibuk, KAI Bakal Tambah Rangkaian Kereta
Megapolitan
Sempat Diprotes Sopir Angkot, JakLingko JAK41 Kembali Beroperasi
Sempat Diprotes Sopir Angkot, JakLingko JAK41 Kembali Beroperasi
Megapolitan
Anaknya Hanyut, Ibu Korban Minta Ada Poster Larangan Berenang di Kali Mampang
Anaknya Hanyut, Ibu Korban Minta Ada Poster Larangan Berenang di Kali Mampang
Megapolitan
Pemkot Depok Pertimbangkan Tawaran Kerja Sama Pemprov DKI soal TPU
Pemkot Depok Pertimbangkan Tawaran Kerja Sama Pemprov DKI soal TPU
Megapolitan
Penampakan Bilik yang Dipakai Warga Gang Kelinci BAB di Kali
Penampakan Bilik yang Dipakai Warga Gang Kelinci BAB di Kali
Megapolitan
Ibu Korban Sempat Terobos Banjir Cari Anaknya yang Hanyut di Kali Mampang
Ibu Korban Sempat Terobos Banjir Cari Anaknya yang Hanyut di Kali Mampang
Megapolitan
Inflasi Jakarta pada Oktober Capai 0,31 Persen, Dipicu Kenaikan Harga Emas dan Cabai
Inflasi Jakarta pada Oktober Capai 0,31 Persen, Dipicu Kenaikan Harga Emas dan Cabai
Megapolitan
Warga Cipinang Kaget Bunga Bangkai Tumbuh di Halaman Rumahnya
Warga Cipinang Kaget Bunga Bangkai Tumbuh di Halaman Rumahnya
Megapolitan
Kisah Rangga, Tunanetra yang Mencoba Mengejar Mimpi Lewat Musik
Kisah Rangga, Tunanetra yang Mencoba Mengejar Mimpi Lewat Musik
Megapolitan
Perbaikan Tanggul Jebol di Pondok Kacang Prima Dinilai Lamban
Perbaikan Tanggul Jebol di Pondok Kacang Prima Dinilai Lamban
Megapolitan
Positif Ganja dan Ekstasi, Mengapa Onad Disebut Korban Penyalahgunaan Narkoba?
Positif Ganja dan Ekstasi, Mengapa Onad Disebut Korban Penyalahgunaan Narkoba?
Megapolitan
Sopir Salah Injak Pedal, Mobil Bak Tercebur ke Kali Sunter
Sopir Salah Injak Pedal, Mobil Bak Tercebur ke Kali Sunter
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau
Kamu sedang mengakses Arsip Premium
Akses penuh arsip ini tersedia di aplikasi KOMPAS.com atau dengan Membership KOMPAS.com Plus.
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Unduh KOMPAS.com App untuk berita terkini, akurat, dan terpercaya setiap saat