KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,37 persen pada Mei 2025 secara bulanan (month-to-month). Ini menjadi momen turunnya harga barang dan jasa setelah dua bulan berturut-turut mengalami inflasi, yakni pada Maret dan April.
Namun, apa sebenarnya arti deflasi? Apakah ini pertanda baik atau justru sebaliknya? berikut penjelasan singkat mengenai apa itu deflasi, penyebab, dan dampaknya bagi ekonomi Indonesia.
Secara sederhana deflasi artinya penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam periode waktu tertentu.
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yakni ketika harga-harga barang dan jasa naik secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Baca juga: Deflasi Mei 2025 0,37 Persen, Ekonom: Daya Beli Masyarakat Belum Pulih
Ketika deflasi terjadi, daya beli uang meningkat—orang bisa membeli lebih banyak dengan uang yang sama.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laman OJK Pedia, deflasi adalah keadaan yang menunjukkan daya beli uang meningkat dalam masa tertentu karena jumlah uang yang beredar relatif lebih kecil daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deflasi adalah penambahan nilai mata uang, antara lain, dengan pengurangan jumlah uang kertas yang beredar dengan tujuan mengembalikan daya beli uang yang nilainya menurun.
Sekilas, kondisi ini tampak menguntungkan bagi konsumen, karena harga barang dan jasa menjadi lebih terjangkau. Namun, deflasi juga bisa menjadi pisau bermata dua yang menekan pelaku usaha dan memperlambat roda ekonomi jika tidak ditangani dengan tepat.
Baca juga: Harga Cabai Turun, Mei 2025 Deflasi 0,37 Persen
BPS menyebut, penyebab utama deflasi pada Mei 2025 adalah turunnya harga sejumlah bahan pangan, terutama dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang menyumbang deflasi 0,41 persen.
Komoditas seperti cabai merah, bawang merah, ikan segar, dan bawang putih mengalami penurunan harga cukup tajam.
Namun, secara struktural, deflasi bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti bertambahnya pasokan barang tanpa diimbangi kenaikan permintaan, menurunnya daya beli masyarakat, karena melemahnya pendapatan atau meningkatnya kecenderungan menabung.
Kemudian tingginya suku bunga, yang mendorong orang menyimpan uang di bank dan mengurangi konsumsi.
Penyebab lainnya adalah terjadinya perlambatan ekonomi, yang berdampak pada pengurangan produksi, turunnya gaji, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Baca juga: IHK Mei 2025 Diprediksi Alami Deflasi, Harga Pangan Turun Pascapanen
Meski harga turun bisa terlihat positif bagi konsumen, deflasi yang berlangsung lama atau dalam skala besar justru bisa memperburuk kondisi ekonomi.
Hal ini karena produsen mengalami penurunan pendapatan akibat harga jual yang rendah.