Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Nugroho SBM
Dosen Universitas Diponegoro

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

BI Rate Turun Lagi: Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Akan Tercapai?

Kompas.com - 21/08/2025, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANK INDONESIA kembali menurunkan BI Rate. Dalam rapat Dewan Gubernur bulan Agustus 2025, BI rate dipangkas 25 basis poin dari sebelumnya 5,25 persen menjadi 5 persen.

Dengan demikian, BI telah menurunkan BI Rate tahun 2025 sebanyak 100 basis poin. Penurunan BI Rate sepanjang tahun 2025 itu terjadi di bulan Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025.

Penurunan di tahun 2025 ini dianggap yang paling agresif semenjak pandemi Covid-19. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, masih ada kemungkinan untuk menurunkan lagi bunga acuan.

Dalam siaran pers setelah RDG BI bulan Agustus 2025, Perry Warjiyo mengemukakan beberapa alasan penurunan BI Rate tersebut.

Pertama, tingkat inflasi yang masih sesuai rentang target inflasi pemerintah BI, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen.

Baca juga: Rent-Seeking Behaviour: Ketika Negara Sibuk Memungut, Lupa Menumbuhkan

 

Kedua, tetap terjaganya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dan ketiga, perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

Harapan dari penurunan BI rate beruntun sampai Agustus 2025, bahkan ada kemungkinan diturunkan lagi adalah terdongkraknya investasi.

Dengan terdongkraknya investasi, maka tingkat pertumbuhan ekonomi juga akan terdongkrak. Ini terkait dengan target ambisius pertumbuhan ekonomi era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, yaitu 8 persen di akhir pemerintahannya.

Apakah hal tersebut realistis?

Pertama, harus dilihat secara realistis bahwa pemangkasan bunga acuan belum tentu akan diikuti penurunan bunga deposito dan simpanan segera, yang kemudian akan diikuti penurunann suku bunga kredit. Dibutuhkan senjang waktu.

Pengalaman selama ini, senjang atau jarak waktu antara penurunan BI Rate dengan penurunan bunga deposito dan kredit sekitar 4-6 bulan. Itupun belum tentu terjadi.

Maka dibutuhkan kebijakan himbauan moral dari BI kepada bank-bank umum untuk segera menurunkan suku bunga deposito dan kreditnya.

Kedua, jika bunga kredit turun belum tentu juga investasi akan naik. Investasi memang salah satunya dipengaruhi suku bunga kredit. Namun, banyak faktor lain yang memengaruhi.

Faktor lain yang selama ini menghambat investasi di Indonesia antara lain: ekonomi biaya tinggi akibat birokrasi dan korupsi, ketidakpastian dalam kebijakan seperti kebijakan yang baru saja diluncurkan, tapi ditarik kembali.

Selain itu, isu yang berseliweran tentang kebijakan perpajakan (misal: akan adanya jenis pajak baru, kenaikan tarif pajak daerah di beberapa daerah, dan lainnya) yang bagi dunia usaha sangat tidak kondusif; serta melemahnya daya beli masyarakat.

Baca juga: Bom Waktu Pati dan Wacana Penghapusan Pajak Bumi-Bangunan

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IHSG Bakal Melemah Lagi Usai Reshuffle Menteri? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Selasa
IHSG Bakal Melemah Lagi Usai Reshuffle Menteri? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Selasa
Ekbis
Menkeu Purbaya Janjikan Ekonomi Bisa Cerah Lagi dalam 3 Bulan
Menkeu Purbaya Janjikan Ekonomi Bisa Cerah Lagi dalam 3 Bulan
Ekbis
Kiprah Purbaya Yudhi Sadewa, Era SBY Jadi Formulator Kebijakan Fiskal, Kini Jabat Menkeu Baru
Kiprah Purbaya Yudhi Sadewa, Era SBY Jadi Formulator Kebijakan Fiskal, Kini Jabat Menkeu Baru
Keuangan
Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri Keuangan, Ekonom: Kehilangan Besar Bagi Kita
Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri Keuangan, Ekonom: Kehilangan Besar Bagi Kita
Ekbis
ESDM Panggil Pertamina, Shell, BP, dan Vivo Bahas Impor BBM
ESDM Panggil Pertamina, Shell, BP, dan Vivo Bahas Impor BBM
Ekbis
Kementerian ESDM Siapkan Lelang 7 Blok Migas pada September 2025
Kementerian ESDM Siapkan Lelang 7 Blok Migas pada September 2025
Ekbis
Komisi XII Tunjuk Wahyudi Anas Pimpin BPH Migas 2025–2029
Komisi XII Tunjuk Wahyudi Anas Pimpin BPH Migas 2025–2029
Ekbis
IHSG Kemarin Anjlok 1,28 Persen, Analis Sebut Pasar Merespons Reshuffle Kabinet
IHSG Kemarin Anjlok 1,28 Persen, Analis Sebut Pasar Merespons Reshuffle Kabinet
Ekbis
Baru Usul Anggaran Rp 7,8 Triliun, Budi Arie Dicopot 2 Jam Setelah Raker di DPR
Baru Usul Anggaran Rp 7,8 Triliun, Budi Arie Dicopot 2 Jam Setelah Raker di DPR
Ekbis
Kembali Bertemu Pimpinan Media, Prabowo Sebut 3 Fokus Pemerintahannya
Kembali Bertemu Pimpinan Media, Prabowo Sebut 3 Fokus Pemerintahannya
Ekbis
Wall Street Menguat, Nasdaq Composite Cetak Rekor Tertinggi
Wall Street Menguat, Nasdaq Composite Cetak Rekor Tertinggi
Ekbis
Mendadak Ditunjuk Jadi Menkeu Gantikan Sri Mulyani, Purbaya Siap Balik Arah Ekonomi dan Pacu Pertumbuhan
Mendadak Ditunjuk Jadi Menkeu Gantikan Sri Mulyani, Purbaya Siap Balik Arah Ekonomi dan Pacu Pertumbuhan
Ekbis
Di Depan Putin dan Xi Jinping, Prabowo Puji BRICS Punya Kekuatan Ekonomi Terbesar Dunia
Di Depan Putin dan Xi Jinping, Prabowo Puji BRICS Punya Kekuatan Ekonomi Terbesar Dunia
Ekbis
Kena Reshuffle, Budi Arie Berterimakasih ke Prabowo
Kena Reshuffle, Budi Arie Berterimakasih ke Prabowo
Ekbis
Purbaya Yudhi Sadewo, Menkeu Baru Lulusan Elektro dan Ahli Perminyakan
Purbaya Yudhi Sadewo, Menkeu Baru Lulusan Elektro dan Ahli Perminyakan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau