Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Kecanduan Main Game, Wamen BKKBN: Mereka Kejar Dopamine

Kompas.com - 09/08/2025, 16:51 WIB
Firda Janati,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamen BKKBN) Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengungkapkan bahwa penyebab anak-anak kecanduan main game di gawai karena mengejar rasa kebahagiaan dan kepuasan alias dopamine.

Hal ini dikatakan Isyana untuk menanggapi terkait larangan wacana larangan bermain gim Roblox yang dinilai mengandung unsur kekerasan.

"Kalau kita bicara tentang aplikasi-aplikasi, game online dan lain sebagainya, itu biasanya sebetulnya anak-anak ngapain sih sehingga akhirnya mereka terus scrolling, mereka itu mengejar yang dinamakan dengan chip dopamine," ujar Isyana saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2025).

Baca juga: Apakah Roblox Akan Diblokir di Indonesia?

Isyana mengatakan, untuk memenuhi dopamine itu, anak-anak bermain gim di ponsel hingga menjadi ketergantungan atau adiksi.

"Gimana caranya mereka mau mencari dopamine dengan cara yang sangat mudah melalui scrolling dan itu akhirnya bisa menyebabkan adiksi," ucapnya.

Isyana memberikan solusi kepada orangtua untuk lebih aktif mengajak anak-anaknya bermain atau berkegiatan di luar ruangan serta memperbanyak olahraga.

"Kita harus lebih banyak lagi olahraga. Karena dopamine itu bisa ditemukan melalui sinar matahari dan aktivitas luar ruang," paparnya.

Baca juga: Demam Game Roblox: Perluas Pergaulan, tapi Rawan untuk Anak

"Jadi kita kembali galakan bahwa anak-anak juga harus terus bergerak. Tubuh manusia itu didesain untuk bergerak dan tidak hanya duduk dan scrolling saja," pungkas Isyana.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti melarang anak-anak untuk bermain game Roblox.

Menurut Mu'ti, Roblox mengandung kekerasan yang bisa ditiru anak-anak.

Hal tersebut ia sampaikan saat ngobrol dengan murid ketika meninjau pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).

"Kalau main HP tidak boleh menonton kekerasan, yang di situ ada berantemnya, di situ ada kata-kata yang jelek-jelek, jangan nonton yang tidak berguna ya. Nah yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main yang itu ya, karena itu tidak baik ya," kata Mu'ti, dikutip dari Antara, Selasa (5/8/2025).

Baca juga: Gen Z Ketagihan Bermain Roblox karena Bisa Tukar Cerita dengan Orang Baru

Sembari mendukung wacana pelarangan gim Roblox, Ketua DPR RI Puan Maharani berpandangan bahwa pemberian pemahaman yang baik kepada anak-anak lebih utama ketimbang pencegahan mengakses permainan atau konten digital.

"Anak-anak harus dipahamkan, bukan sekadar dicegah," kata Puan dalam keterangannya, Kamis (7/8/2025).

Puan meminta pelarangan ini perlu dimaknai sebagai bentuk perlindungan terhadap keamanan psikososial anak di ruang digital.

"Masalahnya bukan hanya pada game tertentu seperti Roblox. Tantangan kita hari ini adalah bagaimana membekali anak-anak dengan kemampuan kritis dan proteksi sejak dini di tengah banjir konten digital," kata Puan.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau