Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Demo 25 Agustus di DPR Lempar Balik Gas Air Mata ke Arah Polisi

Kompas.com - 25/08/2025, 15:51 WIB
Syakirun Ni'am,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa aksi demo yang memprotes kenaikan tunjangan DPR RI melempar balik gas air mata ke barisan polisi.

Peristiwa ini terjadi ketika aparat gabungan TNI-Polri memukul mundur massa yang berunjuk rasa di pintu belakang atau Gerbang Pancasila Gedung DPR RI, Senin (25/8/2025).

Pantauan Kompas.com, sekitar pukul 15.02 WIB, massa tampak terdesak.

Mereka bergerak mundur menjauh dari akses masuk pintu belakang DPR RI ke arah Stasiun Palmerah.

Baca juga: Massa Demo di DPR Terpecah: Sebagian Dipukul Mundur, Sisanya Bertahan di Gerbang Pancasila

Sementara itu, barisan aparat TNI-Polri dengan peralatan lengkap seperti tameng, alat pemukul, helm, dan tear gas ejector berderap maju mendorong mundur massa aksi.

Di belakang mereka, sejumlah kendaraan lapis baja milik polisi turut mengawal.

Sembari merangsek maju, aparat menembakkan gas air mata ke arah massa aksi.

Saat itulah, seorang massa aksi berlari ke arah gas air mata yang telah ditembakkan polisi.

Ia mengambilnya dan melemparkan kembali ke barisan polisi.

Baca juga: Demo 25 Agustus di DPR Ricuh, 15 Orang Ditangkap Polisi

Namun, polisi tidak menghiraukan lemparan balik tersebut.

Mereka terus mendesak mundur demonstran.

Sejumlah massa aksi lalu naik ke jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terhubung ke Stasiun Palmerah.

Di situ, mereka kemudian ditangkap petugas kepolisian.

Sebagai informasi, anggota DPR RI 2024-2029 tidak mendapatkan fasilitas rumah dinas dari negara.

Fasilitas itu diganti dengan uang dinas Rp 50 juta, memperhitungkan rata-rata harga sewa rumah di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Baca juga: Update Terkini Demo 25 Agustus 2025 di DPR Senin Siang: Ricuh, Lalu Lintas Dialihkan

Besarnya tunjangan perumahan itu membuat pendapatan anggota Dewan meningkat hingga sekitar Rp 100 juta.

Pemberian tunjangan itu kemudian dikritik publik karena dinilai terlalu besar, sementara tidak sedikit masyarakat menghadapi kesulitan ekonomi.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau