Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herman Dirgantara
Peneliti Hukum dan Direktur PT. Gajah Mada Analitika

Analis Hukum dan Politik dari Gajah Mada Analitika

Melindas Rakyat di Hari Lahir Wakil Rakyat

Kompas.com - 29/08/2025, 15:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Nonviolent campaigns facilitate the active participation of many more people than violent campaigns, thereby broadening the base of resistance." — Erica Chenoweth (2011).

GUBAHAN Chenoweth relevan. Hari ini, 29 Agustus 2025, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merayakan ulang tahunnya.

Namun, alih-alih disambut dengan gegap gempita sebagai perayaan daulat rakyat, publik justru berkabung.

Sehari sebelumnya, Jakarta bergetar oleh tragedi: seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, tewas terlindas mobil rantis Brimob, di tengah massa pengunjuk rasa di Pejompongan, Jakarta.

Rekaman amatir tragedi itu pun merangsek cepat, menembus kanal-kanal media sosial, lalu membuka luka baru pada demokrasi yang tengah dirayakan sekaligus terus diuji.

Ironi pecah di ruang publik. Manakala lembaga yang mengklaim diri sebagai representasi rakyat merayakan hari lahirnya, rakyat justru menangisi nyawa yang melayang karena negara gagal mengelola protes secara bermartabat.

Demokrasi, yang mestinya dilindungi, justru tersungkur di jalanan ibu kota.

Dalam teori demokrasi, hak untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat di muka umum bukan sekadar aksesori. UUD 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat (Pasal 1 ayat 2). Tak ayal, hak konstitusional itu merupakan denyut dari demokrasi yang sehat.

Baca juga: Demokrasi yang Terlindas di Jalanan

Tak heran jika David Held (2006) menyatakan, demokrasi hanya akan hidup bila rakyat dapat berpartisipasi secara bebas dan tanpa rasa takut. Dengan kata lain, unjuk rasa bukan ancaman negara, melainkan wujud nyata demokrasi yang bergeliat.

Sayangnya, tragedi 28 Agustus 2025, menunjukkan wajah lain: demokrasi dilindas oleh besi dan mesin. Negara bak kehilangan empati.

Bahkan lebih dari itu, mencederai mandat konstitusionalnya guna melindungi segenap bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945.

Represi dan luka demokrasi

Gene Sharp, sejarawan gerakan non-kekerasan, pernah menekankan bahwa kekuatan rakyat sejati lahir bukan dari kekerasan, melainkan dari moralitas kolektif untuk menolak pertumpahan darah. Justru di situlah legitimasi politik dibangun.

Maka ketika aparat negara justru menindas suara rakyat, tragedi demikian tidak sekadar “kecelakaan” teknis. Ia adalah luka demokrasi yang menggugat legitimasi moral penyelenggara negara.

Karena itu, dalam perspektif Charles Tilly (2004), demokrasi merupakan “hubungan timbal balik” antara negara dan rakyat yang diwarnai oleh ruang partisipasi. Ketika ruang itu dikoyak dengan kekerasan, maka demokrasi telah tercerabut dari makna substantifnya.

Membungkam suara rakyat dengan baja dan mesin bukan hanya pelanggaran etis, melainkan langkah berbahaya. Sejarah dunia mencatat, bahkan demokrasi mapan pun bisa runtuh ketika kritik dibalas represi.

Halaman:


Terkini Lainnya
KSAD Australia Kunjungi Kemenhan, Bahas Pertukaran Personel dan Pendidikan Militer
KSAD Australia Kunjungi Kemenhan, Bahas Pertukaran Personel dan Pendidikan Militer
Nasional
Ini Alasan Prabowo Belum Lantik Menko Polkam Pengganti Budi Gunawan
Ini Alasan Prabowo Belum Lantik Menko Polkam Pengganti Budi Gunawan
Nasional
KPK Panggil Analis OJK Jadi Saksi Kasus Dana CSR BI-OJK
KPK Panggil Analis OJK Jadi Saksi Kasus Dana CSR BI-OJK
Nasional
Prabowo Anggap Penting Budaya 'Warga Jaga Warga': Tak Ada Alasan untuk Izinkan Kekerasan
Prabowo Anggap Penting Budaya "Warga Jaga Warga": Tak Ada Alasan untuk Izinkan Kekerasan
Nasional
Prabowo Sebut Usul Bentuk Tim Investigasi Independen Pascademo Masuk Akal
Prabowo Sebut Usul Bentuk Tim Investigasi Independen Pascademo Masuk Akal
Nasional
BGN Ungkap 5 Kabupaten Masih Belum Punya SPPG untuk MBG
BGN Ungkap 5 Kabupaten Masih Belum Punya SPPG untuk MBG
Nasional
Puteri Komarudin Diusulkan Jadi Menpora? Ini Kata Bahlil
Puteri Komarudin Diusulkan Jadi Menpora? Ini Kata Bahlil
Nasional
Mendagri Ingatkan Bansos Harus Tepat Sasaran demi Turunkan Kemiskinan Ekstrem
Mendagri Ingatkan Bansos Harus Tepat Sasaran demi Turunkan Kemiskinan Ekstrem
Nasional
Prabowo di Forum BRICS: Perdagangan dan Keuangan Kini Jadi Senjata di Politik Dunia
Prabowo di Forum BRICS: Perdagangan dan Keuangan Kini Jadi Senjata di Politik Dunia
Nasional
Daftar Lengkap 49 Menteri Prabowo, Usai Lakukan Reshuffle Kedua
Daftar Lengkap 49 Menteri Prabowo, Usai Lakukan Reshuffle Kedua
Nasional
BPKH Salurkan Nilai Manfaat Rp 2,1 Triliun untuk 5,4 Juta Jemaah
BPKH Salurkan Nilai Manfaat Rp 2,1 Triliun untuk 5,4 Juta Jemaah
Nasional
Di Forum BRICS, Prabowo Soroti Standar Ganda Hukum Internasional
Di Forum BRICS, Prabowo Soroti Standar Ganda Hukum Internasional
Nasional
KPK Ingatkan Menteri yang Baru Dilantik Prabowo Segera Lapor LHKPN
KPK Ingatkan Menteri yang Baru Dilantik Prabowo Segera Lapor LHKPN
Nasional
Peluang Restorative Justice, Harapan Pulang Anak dan Mahasiswa Usai Kerusuhan Agustus
Peluang Restorative Justice, Harapan Pulang Anak dan Mahasiswa Usai Kerusuhan Agustus
Nasional
Klaim Hotman: Nadiem Tak Terima Uang dan Tidak Mark Up Laptop Chromebook, Mirip Kasus Tom Lembong
Klaim Hotman: Nadiem Tak Terima Uang dan Tidak Mark Up Laptop Chromebook, Mirip Kasus Tom Lembong
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau