JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Tito Karnavian merespons soal 17+8 atau 17 tuntutan rakyat.
Adapun 17+8 ini merupakan salah satu isu dalam gelombang aspirasi publik yang menguat dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Tito, pemerintah akan melakukan komunikasi internal soal tuntutan-tuntutan tersebut.
"Mengenai masalah ada tuntutan-tuntutan, ya nanti kita akan tentu dari pemerintah, mana yang menjadi tuntutan kepada pemerintah, mana yang menjadi tuntutan kepada DPR, tentu akan dibaca, mana yang bisa diakomodir, semua akan dikomunikasikan internal pemerintah," jelas Tito usai menggelar rapat di kantornya, Jakarta, Selasa (12/9/2025).
Baca juga: Isi 17 Tuntutan Rakyat yang Mendesak Dipenuhi Sebelum 5 September 2025
Tito menyebut tuntutan-tuntutan yang ada juga akan diusahakan diakomodir sesuai dengan aturan yang ada.
"Kita lihat seperti apa tuntutan yang bisa diakomodir, sesuai aturan-aturan yang ada, dan mana yang menjadi kewenangan dari instansi lain, misalnya DPR," jelasnya.
Diketahui, 17+8 tuntutan rakyat ini merupakan rangkuman atas berbagai tuntutan dan desakan yang beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Adapun “17+8 Tuntutan Rakyat: Transparansi, Reformasi, Empati” itu diberi tenggat waktu hingga 5 September 2025.
Sementara 8 agenda reformasi ditargetkan rampung pada 2026.
Sebanyak 17 poin tuntutan yang didesak hingga 5 September 2025 dibagi ke beberapa segmen dengan tujuan masing-masing lembaga dan institusi negara, yakni Presiden RI, DPR, Ketua Umum Partai Politik, Polri, TNI, dan Kementerian Sektor Ekonomi.
Baca juga: Link untuk Membuat Foto Pink dan Hijau, Simbol Dukungan Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat
Berikut isi 17 tuntutan tersebut:
Untuk Presiden Prabowo
Untuk DPR
Untuk Ketua Umum Partai Politik
Untuk Polri
Untuk TNI
Untuk Kementerian Sektor Ekonomi
Baca juga: Cara Membuat Foto Pink dan Hijau, Simbol Solidaritas Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat
Selain tuntutan jangka pendek, terdapat pula 8 agenda reformasi sistemik, di antaranya: