NGANJUK, KOMPAS.com – Kawasan Hutan Tritik di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, kini menjadi perhatian publik setelah ditemukannya fosil gajah purba jenis Stegodon trigonocephalus Jawa yang diperkirakan berusia sekitar 800.000 tahun.
Namun di balik temuan spektakuler tersebut, kawasan Hutan Tritik ternyata menyimpan jejak sejarah geologi dan budaya panjang, yang menunjukkan bahwa wilayah ini dulu merupakan dasar laut.
Hal itu disampaikan oleh Sukadi, Humas Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (KOTASEJUK) sekaligus Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Nganjuk, yang turut membantu proses ekskavasi stegodon.Baca juga: Pernah Jadi Asisten Lab Paleontologi UGM, Wabup Nganjuk Tinjau Langsung Ekskavasi Fosil Gajah Purba
Menurut Sukadi, di kawasan Hutan Tritik tidak hanya ditemukan fosil hewan purba, melainkan juga fosil binatang akuatik.
Hal itu mengindikasikan bahwa dahulu kawasan tersebut merupakan dasar laut yang kemudian terangkat.
“Jadi dengan banyaknya temuan biota laut ya atau binatang akuatik. Itu menunjukkan bahwa dulu (sebagian) Pulau Jawa ini adalah laut. Artinya bahwa Tritik dulu juga laut,” ujar Sukadi kepada Kompas.com, Rabu (22/10/2025).
Sukadi menjelaskan, fosil yang terkumpul di kawasan Tritik terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni fosil akuatik dan fosil darat.
Fosil akuatik sendiri merupakan sisa-sisa atau jejak kehidupan organisme air yang terawetkan, yang berasal dari organisme yang hidup di laut, danau atau sungai.
“Nah, fosil akuatik itu kami simpan di sini (Museum Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk) seperti nautilus, anadara, kima, kemudian oyster, dan sebagainya,” jelasnya.
Baca juga: Fosil Gajah Purba Stegodon di Nganjuk Temuan Paling Lengkap, Tingginya Lebih dari 3 Meter
Sementara fosil darat yang telah ditemukan di kawasan tersebut, kata Sukadi, seperti fosil rusa, banteng, kerbau, penyu, buaya, pantera, hingga kuda air.
Untuk temuan fosil paling menonjol adalah stegodon, gajah purba dengan tinggi lebih dari tiga meter, yang fosilnya ditemukan masih dalam kondisi relatif utuh.
Menurut Sukadi, keberadaan fosil biota laut di kawasan Hutan Tritik membuktikan bahwa wilayah itu dulunya berada di bawah permukaan laut.
“Dari situ kemudian berkembang menjadi rawa-rawa, kemudian berkembang ke air tawar. Dari air tawar ini kemudian juga berkembang menjadi daratan,” terangnya.
Perubahan tersebut, lanjut Sukadi, merupakan proses geologi yang panjang.
Selain fosil, kawasan Tritik dan sekitarnya juga menyimpan banyak peninggalan budaya dan arkeologis, mulai dari masa prasejarah hingga era Mataram Kuno, bahkan Mataram Islam.
Sukadi mengatakan, di sepanjang lereng Gunung Pandan Nganjuk, mulai dari Desa Bendoasri, Tritik, hingga wilayah Kecamatan Jatikalen, ditemukan menhir, sarkofagus, batu kolomongso, hingga struktur bata kuno.