Penurunan jumlah karyawan terjadi setelah Amazon melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dalam beberapa tahun terakhir.
Puncaknya pada Januari 2023, CEO Amazon, Andy Jassy mengumumkan melakukan PHK kepada lebih dari 18.000 karyawannya. Ini menjadi PHK terbesar sepanjang sejarah Amazon berdiri.
Baca juga: Intel Tutup Bisnis Otomotif dan PHK Karyawan
Dalam memo internal yang dikirim ke karyawan bulan lalu, CEO Amazon Andy Jassy mengakui bahwa penggunaan AI di gudang akan terus meningkat.
Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan penempatan inventaris, memprediksi permintaan, dan tentu saja, mengoptimalkan kinerja robot.
"Kami menggunakan AI untuk meningkatkan penempatan inventaris, peramalan permintaan, dan efisiensi robot kami," tulis Jassy.
"Seiring dengan peluncuran fitur AI generatif dan agen otomatis, kami akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk pekerjaan yang saat ini masih dilakukan secara manual," tambahnya.
Pernyataan itu mempertegas tren bahwa sebagian pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kemungkinan akan tergantikan oleh sistem otomatis dalam beberapa tahun ke depan.
Namun demikian, Amazon juga menyebut bahwa mereka telah melatih lebih dari 700.000 pekerja secara global untuk beradaptasi dengan teknologi baru ini, termasuk lewat program magang dan pelatihan sebagai teknisi robot.
Dengan kata lain, walaupun banyak posisi manual yang berpotensi hilang, akan muncul peluang kerja baru di bidang yang lebih teknis, dari pemeliharaan robot, analisis data logistik, hingga pengembangan perangkat lunak, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Entrepreneur, Jumat (4/7/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang