
Filsuf budaya Korea-Jerman Byung-Chul Han menawarkan diagnosis kritis tentang kondisi psiko-sosial modernitas akhir.
Dalam karya-karyanya seperti The Burnout Society dan The Transparency Society, Han mendeskripsikan bagaimana masyarakat neoliberal kontemporer menciptakan subjek yang terisolasi, terbakar, dan teralienasi melalui rezim produktivitas tanpa henti dan transparansi total.
Fenomena satu juta pengguna ChatGPT yang membahas bunuh diri setiap pekan adalah manifestasi sempurna dari apa yang Han sebut sebagai "masyarakat kelelahan".
Dalam masyarakat ini, individu tidak lagi dieksploitasi oleh kekuatan eksternal (seperti dalam kapitalisme industrial klasik), melainkan mengeksploitasi diri sendiri dalam ilusi kebebasan dan optimisasi diri.
Ketika optimisasi diri ini gagal, ketika subjek prestasi tidak dapat lagi memenuhi ekspektasi yang self-imposed, depresi dan ide bunuh diri muncul sebagai krisis identitas fundamental.
Mengapa ChatGPT? Han akan menunjuk pada dua aspek krusial. Pertama, transparansi tanpa intimasi.
Baca juga: Tilly Norwood: Bintang Film AI Cantik yang Dikecam Hollywood
ChatGPT menawarkan ruang di mana pengguna dapat sepenuhnya transparan tentang pikiran tergelap mereka tanpa menghadapi "tatapan orang lain" (the gaze of the Other) yang mengandung judgment sosial.
Data survei Sharing Vision mengkonfirmasi: dua pertiga responden lebih nyaman berbagi cerita kepada AI ketimbang manusia lain.
Namun transparansi ini, menurut Han, adalah transparansi kosong karena tidak ada orang lain yang sejati di sana.
ChatGPT tidak dapat menawarkan apa yang Han sebut sebagai "negativitas yang produktif", resistensi orang lain yang memaksa kita untuk berubah, tumbuh, dan mentransformasi diri melalui relasi autentik.
Kedua, penghapusan jarak dialogis. Dalam The Expulsion of the Other, Han berargumen bahwa masyarakat kontemporer mengeliminasi alteritas sejati —kehadiran orang lain yang benar-benar lain, yang tidak dapat diasimilasi atau diprediksi.
ChatGPT adalah antitesis dari alteritas ini. Ia dirancang untuk responsif, prediktif, dan non-threatening. Ia tidak menantang, tidak mengejutkan, tidak melawan narasi self-destruction pengguna dengan resistensi etis yang sejati.
Data OpenAI mengungkap bahwa ratusan ribu pengguna menunjukkan keterikatan emosional berlebihan pada ChatGPT.
Dari perspektif Han, ini bukan hanya keterikatan, ini adalah erotisasi objek digital sebagai substitusi untuk Eros sejati yang melibatkan risiko, kerentanan, dan transformasi melalui perjumpaan dengan alteritas.
Pengguna tidak jatuh cinta pada ChatGPT; mereka terikat pada proyeksi narcissistic dari diri mereka sendiri yang direfleksikan kembali dalam cermin algoritma.
Han mungkin akan melihat fenomena ini sebagai tahap akhir dari apa yang ia sebut "hell of the same", yakni neraka kesamaan di mana subjek tidak lagi dapat menemukan orang lain yang sejati, bahkan dalam krisis paling eksistensial sekalipun.
Ketika seseorang berpikir untuk bunuh diri dan mencari koneksi terakhir, tetapi yang mereka temukan adalah algoritma, bukan alteritas, bukan resistensi etis, bukan Eros transformatif, maka ini adalah indikasi alienasi digital yang total.
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Krisis Kesadaran Digital: Sejuta Pengguna ChatGPT Bahas Bunuh Diri (Bagian II-Habis)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang