Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Mempertahankan Desa Wisata Saat Sudah Berkembang

Kompas.com - 02/08/2021, 21:01 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Indonesia memiliki 1.838 desa wisata yang tersebar di seluruh penjuru, berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi).

Ketua Umum Asidewi Andi Yuwono mengatakan, ribuan desa wisata tersebut dibagi menjadi empat kategori, yakni rintisan, berkembang, maju, dan mandiri.

“Mulai dari desa wisata yang berkembang itu sudah bisa menerima tamu. Kalau rintisan masih sebatas punya potensi dan obyek wisata, tapi masih belum punya produk,” kata dia, Minggu (1/8/2021).

Baca juga: NTB akan Kembangkan 16 Desa Wisata Baru

Andi melanjutkan, saat ini banyak desa wisata yang mengklaim daerahnya sebagai desa wisata. Namun menurut dia, desa wisata tidak hanya berbicara seputar tempat wisata.

Ia melanjutkan bahwa ada banyak tantangan untuk mempertahankan status sebagai desa wisata.

“Ada air terjun misalnya, dibikin sedemikian rupa untuk dikunjungi. Sekarang ada digitalisasi jadi mudah (promosi). Tapi kalau dia tidak ada atraksi yang bisa bikin tamu betah, kurang dari setahun wisata akan surut,” ujar Andi.

Baca juga: Sejarah Desa Wisata Sindangkasih Garut, Dulu Lahan Penuh Alang-alang

Desa wisata mencakup kawasan secara keseluruhan yang dapat dikemas menjadi sebuah destinasi wisata yang utuh.

Selain itu, masyarakat desa juga harus bisa memberi layanan kepada wisatawan yang hendak berkunjung di kemudian hari.

“Balik lagi ke pelatihan SDM (sumber daya manusia) karena desa wisata itu special interest,” sambung Andi.

Desa wisata adalah wisata minat khusus

Andi mengatakan bahwa desa wisata merupakan destinasi wisata minat khusus. Artinya, ucap dia, wisatawan memiliki tujuan tertentu saat berkunjung ke sana.

Sebagai contoh, wisatawan minat khusus tersebut akan berkunjung ke desa wisata terpencil, walau aksesnya sulit dan biayanya mahal karena ada sesuatu yang ingin dilihat.

Desa Adat Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai desa itu tidak mudah, wisatawan harus mendaki sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam.ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Desa Adat Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai desa itu tidak mudah, wisatawan harus mendaki sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam.

Misalnya adalah Desa Wisata Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu desa wisata yang kerap disebut sebagai “desa di atas awan” karena berada pada ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut (mdpl).

Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Wae Rebo di Flores

“Ngapain orang ke sana hanya menikmati kopi khas dan rumah adat, kalau datang jauh-jauh tidak ada yang fasilitasi, layani, dan tidak ada yang beri sambutan? Pasti akan garing gitu,” sambung Andi.

Menurutnya, pelatihan SDM untuk menyambut dan memfasilitasi kegiatan wisata para pelancong merupakan hal yang penting.

Selain itu, SDM yang terlatih, seperti di Desa Wisata Wae Rebo, dapat memberi pengalaman yang menarik bagi wisatawan untuk menikmati kuliner, budaya, dan adat istiadat di sebuah desa wisata.

Baca juga: Wae Rebo, Desa Tradisional Terindah di Indonesia

“Kalau tidak ada orang yang memberi pemahaman dan penjelasan, wisata tidak akan hidup. Tidak ada storytelling yang bikin orang jauh-jauh pergi ke desa wisata. Siapa yang bisa terjemahkan (kehidupan warga lokal dan daya tarik wisata)? Itu SDM. Masyarakat lokalnya,” pungkas Andi.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kepulauan Seribu Jadi Destinasi Favorit Warga Jakarta Saat Libur Panjang Maulid Nabi
Kepulauan Seribu Jadi Destinasi Favorit Warga Jakarta Saat Libur Panjang Maulid Nabi
Travel News
Bandara Semarang dan Palembang Jadi Internasional, Dorong Ekonomi dan Pariwisata
Bandara Semarang dan Palembang Jadi Internasional, Dorong Ekonomi dan Pariwisata
Travel News
Lebih Baik dari Polandia, Jakarta Peringkat 17 Kota dengan Transportasi Publik Terbaik Dunia
Lebih Baik dari Polandia, Jakarta Peringkat 17 Kota dengan Transportasi Publik Terbaik Dunia
Travel News
Cara ke Bandara YIA Yogyakarta Naik Kereta, Cek Tiket dan Jadwal di Mana?
Cara ke Bandara YIA Yogyakarta Naik Kereta, Cek Tiket dan Jadwal di Mana?
Travel Ideas
Akhir Pekan Ini, Batik Air Dijadwalkan Buka Rute Palembang-Kuala Lumpur
Akhir Pekan Ini, Batik Air Dijadwalkan Buka Rute Palembang-Kuala Lumpur
Travel News
Singapura Peringkat 3 Kota Paling Bahagia di Dunia, Siapa Nomor Satunya?
Singapura Peringkat 3 Kota Paling Bahagia di Dunia, Siapa Nomor Satunya?
Travelpedia
Pulau Kucing Jepang, Destinasi Wisata Pilihan untuk Pencinta Fauna
Pulau Kucing Jepang, Destinasi Wisata Pilihan untuk Pencinta Fauna
Travelpedia
15 Pantai Terbaik di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?
15 Pantai Terbaik di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?
Travelpedia
Wings Air Buka Rute Surabaya–Banyuwangi, Lebih Mudah Menuju The Sunrise of Java
Wings Air Buka Rute Surabaya–Banyuwangi, Lebih Mudah Menuju The Sunrise of Java
Travel News
Kereta Kim Jong Un, Kantor Berjalan yang Mewah dan Super Aman
Kereta Kim Jong Un, Kantor Berjalan yang Mewah dan Super Aman
Travelpedia
Wajib Tahu, Aturan Bawa Powerbank di Lion Air
Wajib Tahu, Aturan Bawa Powerbank di Lion Air
Travelpedia
Menggemaskan tapi Menyedihkan, Begini Kisah Pulau Kucing di Jepang
Menggemaskan tapi Menyedihkan, Begini Kisah Pulau Kucing di Jepang
Travelpedia
Buka untuk Wisata, Resor Mewah di Korea Utara ini Malah Sepi, Kenapa? 
Buka untuk Wisata, Resor Mewah di Korea Utara ini Malah Sepi, Kenapa? 
Travel News
Awas Denda Rp 600.000 Jika Merokok hingga Mabuk di Destinasi Wisata Ini
Awas Denda Rp 600.000 Jika Merokok hingga Mabuk di Destinasi Wisata Ini
Travel News
Ini Alasan Penting Kamu Harus Buka Jendela Pesawat Saat Lepas Landas dan Mendarat
Ini Alasan Penting Kamu Harus Buka Jendela Pesawat Saat Lepas Landas dan Mendarat
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau