KOMPAS.com – Jepang dikenal dengan budayanya yang kaya dan aturan sosialnya yang sangat teratur.
Bagi wisatawan, memahami dan menghormati etika lokal adalah kunci untuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan menghindari kesalahpahaman.
Berikut ini adalah delapan panduan etika yang harus diikuti saat liburan di Jepang.
Baca juga: Dapat Dukungan Jepang, Menhub Berharap Proyek MRT Jakarta lancar dan Sesuai Target
Dilansir dari laman Euronews, wisatawan diimbau untuk menjaga sikap hormat saat mengunjungi kuil dan tempat suci di Jepang.
Jangan merusak atau meninggalkan grafiti pada bangunan bersejarah karena hal ini merupakan tindakan kriminal yang merugikan nilai budaya.
Selain itu, wisatawan disarankan untuk berpakaian sopan dan menjaga ketenangan saat berada di kuil sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai spiritual tempat tersebut.
Dilansir dari Tokyo Weekender, ada beberapa aturan penting yang harus diperhatikan di transportasi umum Jepang.
Jangan berbicara dengan suara keras, baik secara langsung maupun melalui telepon, karena hal ini dianggap mengganggu.
Hindari makan di dalam kereta atau bus, dan letakkan tas Anda di pangkuan atau di rak atas untuk menghemat ruang.
Baca juga: Kabar Rizky Ridho Diminati Klub Jepang, Carlos Pena Tetap Tenang
Selain itu, pastikan untuk memberikan kursi kepada orang lanjut usia, ibu hamil, atau penyandang disabilitas jika diperlukan.
Dilansir dari laman Japan National Tourism Organization (JNTO), di Jepang, makan sambil berjalan dianggap tidak sopan karena dinilai kurang menghargai makanan.
Baca juga: Bank di Jepang Terapkan Sumpah Darah agar Pegawainya Tidak Mencuri Uang
Jika ingin menikmati makanan ringan, carilah tempat duduk atau area yang tenang. Praktik ini juga membantu menjaga kebersihan dan ketertiban ruang publik.
Dilansir dari laman JNTO, wisatawan diharapkan untuk melepas sepatu saat masuk ke rumah, ryokan (penginapan tradisional), atau beberapa tempat umum lainnya.
Baca juga: Banyak Dijual di Jepang, Apa Manfaat Kulit Semangka bagi Manusia?
Biasanya disediakan sandal khusus untuk digunakan di dalam ruangan. Kebiasaan ini berasal dari budaya duduk atau tidur di lantai tatami, yang harus dijaga kebersihannya.