Kematian diplomat Kemlu – 'Tak ada keterlibatan orang lain', polisi klaim temukan persoalan kesehatan mental

Rekaman CCTV diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP depan kamar indekos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Sumber gambar, Kompas.com/Istimewa

Keterangan gambar, Rekaman CCTV memperlihatkan diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP, berada di depan kamar indekos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Peringatan: Artikel ini memuat konten terkait masalah kesehatan mental

Kepolisian Metro Jaya tidak menemukan keterlibatan orang lain dalam kematian diplomat Kementerian Luar Negeri berinisial ADP. Polisi dan sejumlah pakar yang terlibat dalam penyelidikan kasus itu menyebut ADP memiliki riwayat meminta layanan kesehatan mental.

Kepolisian menyatakan temuan mereka kepada pers di Jakarta, Selasa (29/07). Mereka membuat klaim telah memeriksa 24 saksi, termasuk kerabat ADP, orang-orang di indekosnya, kolega kerja serta sejumlah saksi "yang dapat menggambarkan profil sang pegawai Kemlu".

Kesimpulan yang mereka ambil, klaim kepolisian, didasarkan pula pada pemeriksaan terhadap 103 barang bukti, yang mereka kumpulkan dari kantor ADP, indekos, keluarga dan saksi-saksi lain.

"Indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, kepada pers.

Dalam pemaparannya, kepolisian menghadirkan para pakar yang mereka libatkan, dari ahli DNA, pakar toksikologi, digital, sidik jari hingga psikologi forensik.

Klaim temuan masalah kesehatan mental

Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia ikut terlibat dalam penyelidikan kematian ADP. Tujuh psikolog yang memiliki keahlian otopsi psikologis berupaya membangun profil prikologi dan dinamika psikososial dari ADP.

Para psikolog berkata telah mewawancarai secara mendalam keluarga, rekan kerja, atasan, dan orang-orang yang mengenal ADP. Mereka juga menelaah dokumen yang relevan tentang kehidupan pribadi dan profesional ADP.

Salah satu psikolog yang terlibat pemeriksaan, Nathanael EJ Sumampow, mengatakan ADP dikenal lingkungannya sebagai pribadi dengan karakter positif.

"Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya," kata Nathanael, dalam keterangan pers di kantor Polda Metro Jaya.

KEMLU

Sumber gambar, Antara Foto

Keterangan gambar, Lakban yang menjadi barang bukti dalam kasus kematian diplomat Kemlu, ADP.

Di sisi lain, kata Nathanael, sebagai sosok yang berusaha menampilkan diri yang positif di lingkungannya, ADP "mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan yang tinggi".

"Almarhum berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan dan berupaya untuk tidak menunjukkannya di depan orang lain," kata Nathanael.

Dalam pemeriksaan dokumen, tim psikologi forensik membuat klaim menemukan bahwa ADP pernah mengakses layanan kesehatan mental secara daring pada tahun 2013 dan 2021.

Nathanael bilang, pada masa-masa akhir hidupnya, ADP mengemban tugas sebagai diplomat yang bersinggungan dengan perlindungan WNI di luar negeri. ADP disebut "mempunyai peran humanistik sebagai pelindung, pendengar dan penyelamat".

Kemlu

Sumber gambar, Detikcom

Keterangan gambar, Salah satu barang bukti kasus kematian diplomat ADP yang digunakan kepolisian.

Menurut temuan Nathanael dan timnya, peran ADP itu menuntut empati tinggi, ketahanan psikologis, sensitivitas sosial serta kepekaan emosional.

"Yang ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burn out, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus-menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan," ujar Nathanael.

"Dinamika psikologis tersebut kami temukan di masa akhir kehidupannya," kata Nathanael.

Dengan dinamika psikologis yang kompleks dan karakter yang berusaha menekan perasaan, Nathanael bilang ADP cenderung sulit mengelola kondisi psikologis negatif yang dialaminya secara adaptif.

Kemlu, Polda Metro Jaya

Sumber gambar, Antara Foto

Keterangan gambar, Tiga pejabat Polda Metro Jaya menunjukkan sejumlah barang bukti kasus kematian ADP, di Jakarta, Selasa (29/07).

"Dinamika dalam diri tersebut membuat almarhum mengalami hambatan personal untuk mengakses dukungan, bantuan psikologis dari lingkungan terdekat, dari tenaga profesional kesehatan mental," kata Nathanael.

"Setelah terakumulasi, penghayatan almarhum mengenai dirinya dan masalah tekanan hidup di episode terakhir kehidupannya mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya," ujar Nathanael.

Walau begitu, Nathanael menekankan bahwa, "tidak ada satu faktor tunggal yang dapat menjelaskan kondisi psikologis atau kesehatan mental almarhum yang negatif ini."

Bagaimana temuan tim ahli kepolisian yang lain?

Beberapa tim ahli lain yang memeriksa barang bukti dan saksi-saksi, baik di tempat kejadian perkara, yakni indekos ADP di Menteng, Jakarta, maupun di kantor dan rumah ADP.

Merujuk temuan mereka, Kombes Wira Satya Triputra menyatakan "kepolisian belum menemukan adanya peristiwa pidana" dalam kematian ADP.

  • Sidik jari

Ahli dari Pusat Identifikasi Bareskrim, Sigit Kusdianto, menganalisis sidik jari maupun jejak yang ada di TKP.

Kata Sigit, lakban yang digunakan membalut wajah ADP memiliki sidik jari "yang memenuhi syarat 12 titik yang sama".

"Bahwa dari lakban yang diperoleh adalah sidik jari ADP," katanya.

Kemlu

Sumber gambar, Detikcom

Keterangan gambar, Kartu akses indekos milik ADP diperlihatkan kepolisian di Polda Metro Jaya, Selasa (29/07).
  • DNA

Dari DNA yang diperiksa di dalam kamar indekos ADP, polisi bilang tidak menemukan DNA orang lain. Ini merupakan hasil pemeriksaan dari 13 barang bukti.

"Kami tidak menemukan di TKP adanya bercak darah, sperma atau material biologi di kamar korban atau di luar kamar korban. Kami tidak menemukan materi dari orang lain," kata Kompol Rofiq, dari tim yang meneliti DNA.

Tim itu juga menemukan DNA pada bagian gulungan sisa lakban. DNA itu mereka sebut milik ADP.

  • Deteksi Racun

Tim kepolisian juga memeriksa delapan jenis sampel dari organ dan cairan tubuh jenazah, termasuk urin. Merujuk hasil pemeriksaan, polisi bilang tidak menemukan "pestisida, sianida, arsenik dan alkohol".

Tubuh korban juga bebas dari zat narkotika, kata tim ahli.

Namun, tim ahli menemukan adanya zat kandungan obat yang biasa digunakan orang kena flu dan demam seperti parasetamol.

  • Pemeriksaan perangkat digital

Dari hasil pemeriksaan CCTV di 20 titik, "Kami tidak menemukan gambar yang memiliki muatan kekerasan fisik," kata tim ahli.

Selain itu, tim juga tidak menemukan adanya gambar video dalam CCTV yang dipotong atau ditambahkan.

"Tidak ditemukan adanya penyisipan atau pemotongan frame sepanjang video dengan durasi tertentu."

Namun kepolisian membuka perangkat yang menjelaskan aktivitas ADP pada 2021.

Dari situ, polisi menyebut menemukan "niatan yang semakin kuat dari ADP untuk melakukan bunuh diri dari problem yang dia hadapi".

Kesimpulan ini juga mereka dasarkan pada temuan surat elektronik ADP pada periode 2012 hingga 2013.

Jam-jam sebelum ADP ditemukan tak bernyawa

Lewati Whatsapp dan lanjutkan membaca
Akun resmi kami di WhatsApp

Liputan mendalam BBC News Indonesia langsung di WhatsApp Anda.

Klik di sini

Akhir dari Whatsapp

Kepolisian merilis adegan sehari ADP sebelum ditemukan tak bernyawa dengan wajah terbalut lakban dan tubuh tertutup selimut. Seperti diketahui, diplomat 39 tahun itu ditemukan pada pagi tanggal 8 Juli, di kamar indekosnya di daerah Gondangdia, Jakarta Pusat.

Polisi bilang, kronologi aktivitas ADP ini mereka dasarkan pada CCTV di 20 titik, mulai dari indekos, kantor Kemlu, dan mal Grand Indonesia.

Senin, 07 Juni 2025

07.03 - ADP keluar dari kosan menuju kantor.

07.20 - ADP tiba di kantornya.

17.52 - Terlihat berada di Mal Grand Indonesia.

21.39 - ADP kembali lagi masuk ke gedung Kemlu.

21.43 - ADP naik ke teras atas (rooftop) Kemlu. Saat di teras atas ADP menghabiskan waktu sendirian 1 jam dan 26 menit. Saat itu terlihat membawa tas gendong dan tas belanja.

23.09 - ADP turun, tapi tidak terlihat membawa tas gendongnya, dan tas belanjanya.

23.23 - Korban termonitor masuk di pintu kos. Terpantau mulai masuk ke dalam kamar. Dan keluar membuang sampah.

Selasa, 08 Juni 2025

07.39 - ADP ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya.

Apa tanggapan Kemlu?

Juru bicara Kemlu, Roy Soemirat mengatakan, "tidak ada lagi kewajiban yang harus kami lakukan, selain menunggu kesimpulan dari apa yang akan disampaikan oleh pihak kepolisian".

Kemlu, kata Roy, sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian sejak kasus berawal.

"Kami sudah share apapun yang kami punya, terkait data-data yang dibutuhkan, yang waktu itu disinyalir akan membantu proses penyelidikan oleh kepolisian yang lebih lanjut," katanya, Senin (28/07).

Apa saja fakta yang disampaikan Polri sebelumnya?

Dalam satu pekan terakhir, kepolisian menyampaikan keterangan hasil penyelidikan kasus ADP yang meninggal di rumah kos, kawasan Jakarta Pusat. Beberapa fakta baru ditemukan.

Dikutip dari Kompas, fakta baru ini terkait dengan asal lakban kuning (yang membalut wajah ADP), ponselnya yang hilang, serta isi tas yang ditinggalkan di tangga darurat menuju rooftop (teras atas) Gedung Kemlu.

Fakta-fakta baru ini bisa mengurai penyebab dan motif kematian ADP, kata polisi.

  • Lakban kuning

Lakban kuning, kata polisi, biasa digunakan para diplomat mengemas barang-barang sebelum berangkat ke luar negeri.

Tujuannya, agar barang-barang tersebut mudah dikenali saat tiba di luar negeri. Keterangan ini didapat penyelidik dari keterangan saksi-saksi termasuk rekan, istri dan atasan ADP.

ADP rencananya akan menempati pos baru di Finlandia akhir Juli ini.

TKP penemuan jasad diplomat Kemlu di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, (08/07) dipasang garis polisi.

Sumber gambar, KOMPAS.com/Lidia Pratama Febrian

Keterangan gambar, TKP penemuan jasad diplomat Kemlu di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, (08/07) dipasang garis polisi.
  • Ponsel yang hilang

Selain lakban kuning, polisi juga membuka isi ponsel milik ADP yang hilang. Rekaman tersebut dapat diakses karena ponsel ADP masih terhubung dengan laptopnya.

Dari hasil pemeriksaan itu, polisi membuat klaim mendapatkan riwayat telepon termasuk chat terakhir ADP.

  • Tas yang ditinggalkan

Kepolisian juga menemukan tas yang ditinggalkan korban di tangga darurat menuju ke teras atas Gedung Kemlu. Tas itu ditemukan satu hari setelah kematian korban.

Menurut polisi, tas itu berisi rekam medis milik korban dari salah satu rumah sakit umum di Jakarta yang dikeluarkan pada Senin (9/6/2025).

Sebuah ponsel di atas tanah lunak.

Sumber gambar, khoa vu via Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi. Ponsel ADP dinyatakan hilang. Tapi polisi bisa membaca isinya karena masih terhubung dengan laptop.
  • Tertutup plastik dan kamar terkunci dari dalam

Masih berdasarkan keterangan polisi, saat ADP ditemukan tak bernyawa kondisi wajahnya tertutup plastik, kemudian terlilit lakban kuning.

Polisi juga menemukan dua akses masuk kamar indekos ADP: lewat pintu dan jendela. Keduanya terkunci dari dalam.

Polisi melaporkan telah memeriksa 15 saksi yang berasal dari lingkungan indekos, tempat korban bekerja, keluarga termasuk orang-orang yang terakhir berkomunikasi dengan ADP.

Sebanyak 20 kamera CCTV telah diperiksa, mulai dari mulai dari lingkungan indekos, kantor, dan lokasi yang pernah disambangi ADP.

Saat ditemukan, jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk dilakukan autopsi. Mendiang telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Sunthen, Jomblangan, Banguntapan, Bantul, pada Rabu (09/07).

Mengapa kasus ini menarik perhatian publik?

Peristiwa meninggalnya diplomat muda Kemlu ini menyedot atensi masyarakat hingga memicu banyaknya spekulasi liar: apakah ADP bunuh diri atau kematiannya terkait dengan kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO)?

Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, pun buka suara.

Ia membenarkan, mendiang pernah menjadi saksi dalam sidang kasus TPPO di Jepang.

Hanya saja, Judha meminta agar hal itu tidak dikait-kaitkan dengan meninggalnya sang diplomat muda.

"Kita tunggu hasil penyelidikan dari polisi, jangan berspekulasi," mintanya.

Penjaga kos sempat mondar-mandir di depan kamar kos ADP (39), pada Selasa (08/07). Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) itu ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban.

Sumber gambar, Kompas.com/Istimewa

Keterangan gambar, Penjaga kos sempat mondar-mandir di depan kamar kos ADP (39), pada Selasa (08/07). Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) itu ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban.

Selama berdinas, ADP dikenal aktif menangani perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah seperti Iran dan Turki.

ADP juga, sambung Judha, sangat andal menjalankan tugasnya di bidang diplomasi.

Beberapa penugasan pernah mendiang lakukan, misalnya di Kedubes RI Yangon, berpindah ke Dili, dan Buenos Aires. ADP terakhir bertugas di Direktorat Perlindungan WNI Kemlu.

Ketua Bidang Pengembangan Keilmuan dan Penelitian di pengurus pusat Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor-Himpsi), Fathul Lubabin Nuqul, mengatakan kasus kematian ADP membetot perhatian publik lantaran ada temuan "lakban yang melilit kepala" korban.

Petunjuk itu, menurutnya, tidak biasa apalagi polisi menyebut "tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di tempat kejadian perkara".

"Itu kan jadi tambah misterius," cetusnya.

Apa saja adegan yang terjadi sebelum jenazah ADP ditemukan?

  • Sempat pergi ke mal

ADP diketahui sempat pergi ke Mal Grand Indonesia, sehari sebelum ditemukan tak bernyawa, Senin (07/07). Menurut polisi ADP pergi ke mal daerah Jakarta Pusat itu bersama rekan kerjanya.

Diplomat ini juga disebut sempat memesan taksi. Hal ini diketahui polisi melalui pesan yang terekam lewat ponsel yang tersinkronisasi dari laptopnya. Sopir taksi juga diperiksa sebagai saksi.

  • Korban tak bisa dihubungi oleh sang istri

Diplomat muda berinisial ADP ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (08/07) pagi.

Mulanya, istri ADP yang berada di Yogyakarta, meminta penjaga kos memeriksa kamar suaminya sejak 7 Juli tengah malam, karena ponsel korban tidak bisa dihubungi.

Pengecekan pertama—yang terekam kamera CCTV—berlangsung pada pukul 00.27 WIB atau dini hari. Penjaga kos yang mengenakan baju dan sarung nampak memegang ponsel seolah-olah sedang berbicara dengan seseorang. Ia sempat berhenti sembari menengok ke arah kamar ADP.

Pengecekan kedua—yang juga terekam kamera CCTV—terjadi sekitar jam 05.26 WIB atau Selasa (08/07) pagi. Namun, lantaran tak ada jawaban dari dalam kamar, penjaga kos yang ditemani oleh tetangga korban mencongkel jendela kamar kos ADP.

Lokasi kamar kost tempat ditemukannya diplomat muda Kemenlu yang tewas dalam keadaan kepala terlakban, 8 Juli 2025.

Sumber gambar, Tempo.co/Dokumentasi Humas Polrestro Jakarta Pusat.

Keterangan gambar, Lokasi kamar kos tempat ditemukannya diplomat muda Kemlu yang tewas dalam keadaan kepala dililit lakban, 8 Juli 2025.

Salah satu dari mereka merekam proses tersebut menggunakan ponsel sebagai dokumentasi.

Setelah jendela berhasil dibuka, penjaga kos mencoba memasukkan tubuhnya melalui celah untuk menjangkau kunci dari dalam.

Tapi, upaya itu gagal karena pintu kamar menggunakan sistem smart lock yang hanya bisa diakses oleh ADP. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya berhasil membuka pintu dari dalam.

"Itu sudah sepengetahuan pemilik kos dan istri korban untuk mengetahui korban di dalam itu gimana keadaannya. Makanya meminta izin untuk dibuka paksa," ujar Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, kepada wartawan.

Begitu masuk, mereka langsung keluar dalam kondisi panik dan langsung mencari bantuan.

  • Kepala korban terlilit lakban

Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, berkata ADP ditemukan meninggal dalam kondisi kepala terlilit lakban dan tubuh terbungkus selimut.

Sidik jari ADP juga terdeteksi pada permukaan lakban.

Selain lakban, polisi menemukan barang bukti berupa kantong plastik, dompet, bantal, sarung, celana, hingga pakaian yang dikenakan korban saat ditemukan.

Ada juga obat-obatan ringan yang diduga obat sakit kepala dan obat lambung.

  • Tidak ada tanda-tanda kekerasan

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, polisi juga menyebut tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada jasad korban.

Tak cuma itu, kata polisi, barang-barang pribadi milik ADP juga tidak ada yang hilang.

Namun berdasarkan keterangan sang istri, korban diketahui memiliki riwayat penyakit gerd atau asam lambung dan kolesterol.

Seorang dokter sedang memeriksa jenazah.

Sumber gambar, fstop123 via Getty Images

Keterangan gambar, Ilustrasi.
  • Pemeriksaan CCTV

Dari pemeriksaan dua kamera CCTV di sekitar lokasi kamar indekos, menunjukkan ADP keluar dari kamarnya pada Senin sekitar pukul 23.24 WIB, merujuk rekaman CCTV yang diperoleh Kompas.com.

ADP terlihat membawa kantong kresek hitam di tangan kiri, lantas membungkuk mengambil sandal sebelum kembali masuk ke dalam kamar.

ADP yang masih mengenakan kemeja lengan pendek tampak menyusuri lorong indekosnya menuju sebuah pintu di ujung koridor.

Pada 23.25 WIB, ADP kembali terekam kamera tanpa membawa kantong plastik dan kembali masuk ke kamar sekitar pukul 23.26 WIB.

Penjaga kos dan pria lain congkel jendela kamar ADP.

Sumber gambar, Kompas.com/Istimewa

Keterangan gambar, Penjaga kos dan pria lain mencongkel jendela kamar ADP dengan sepengetahuan pemilik kos untuk memeriksa kondisi ADP.

Apa penyebab kematian ADP?

Fathul Lubabin Nuqul memaparkan ketika ada peristiwa kematian yang tidak wajar, kepolisian biasanya akan melaksanakan dua hal: memeriksa tempat kejadian perkara untuk mencari barang bukti dan melakukan autopsi psikologi.

Autopsi psikologi adalah upaya psikologi forensik menyelidiki penyebab kematian seseorang. Metodenya, melakukan analisa terhadap perilaku korban yang berkaitan dengan emosi dan aktivitas sebelum kematian.

Jika bersandar pada tempat kejadian perkara yang "bersih" dari kerusakan, menurut Fathul, maka kecil kemungkinan ada keterlibatan pihak lain dalam kasus tersebut.

Kamar kos tempat tinggal diplomat Kementerian Luar Negeri ADP di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, 10 Juli 2025.

Sumber gambar, Tempo/Hammam Izzuddin

Keterangan gambar, Kamar kos tempat tinggal diplomat Kementerian Luar Negeri ADP di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, 10 Juli 2025.

Kalaupun ada, katanya, maka orang tersebut adalah seseorang yang dikenal baik oleh korban.

"Secara teori kalau ada orang asing masuk, kita akan mengusirnya. Tapi orang bisa masuk ke area privat, kalau orang itu dikenal," jelasnya kepada BBC News Indonesia, Minggu (13/07).

"Itu kenapa penyelidikan akan melihat apakah ada saksi yang melihat orang yang dikenal korban masuk?" ungkapnya.

Langkah selanjutnya, polisi akan berpegang pada hasil autopsi jasad korban untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Kemudian, menggali perilaku korban lewat autopsi psikologi.

"Intinya untuk mengetahui siapa korban ini? Karena prinsipnya perilaku orang tidak muncul tiba-tiba. Ada relasi, tekanan mental, motivasi, pasti ada motif."

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, polisi atau ahli akan menganalisa perilaku, aktivitas, maupun kebiasaan korban sebelum kematiannya.

Termasuk mengembangkan profil korban ke keluarga dan rekan-rekannya.

Kalau ada indikasi keterlibatan orang lain dalam kematian korban, seperti dugaan kasus TPPO, maka akan dicari tahu dengan siapa saja dia berkonflik.

"Mungkin dia pernah cerita soal pekerjaannya? Pernah mengeluh sesuatu? Pernah merasa tidak puas dengan orang lain? Itu kan bisa kita lihat dari rekan kerja korban."

Namun, jika terdapat petunjuk yang mengarah pada bunuh diri, maka arahnya mencari tahu sisi personal korban.

"Apakah dia sering melakukan itu [menutup wajah dengan benda]? Karena membungkus kepala bukan hal yang lazim," paparnya.

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menjanjikan kesimpulan atas penyebab kematian korban ADP akan rampung dalam waktu seminggu.

Sumber gambar, Wildan Noviansah/detikco

Keterangan gambar, Sementara itu, Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menjanjikan kesimpulan atas penyebab kematian korban ADP akan rampung dalam waktu seminggu.

"Selain itu bisa ditelusuri, mungkin dia pernah cerita pada orang lain soal kebiasaannya itu? Atau apakah dia terinspirasi oleh sesuatu?"

"Tapi cara paling gampang [menelusuri] lewat handphone atau laptop. Karena sekarang, handphone itu merekam semua percakapan, aktivitas, apa yang dia lihat, apa yang dia baca, kemana saja, itu bisa dilacak dari handphone."

Dalam beberapa kasus bunuh diri, ungkapnya, ada kecenderungan didahului oleh sikap murung, menyendiri, tidak membangun relasi baik dengan orang lain, atau mengatakan sesuatu bertema kematian tanpa sengaja.