Musik dan alzheimer, bagaimana lagu dan irama bisa perbaiki kondisi penderita penyakit otak

ALZHEIMER

Sumber gambar, SCIENCE PHOTO LIBRARY

Keterangan gambar, Merawat penderita alzheimer tak cuma membutuhkan tenaga, tapi juga pengetahuan, persiapan mental, dan dana.

Penderita penyakit alzheimer di Indonesia saat ini diperkirakan sudah lebih dari satu juta orang.

Angka ini diprediksi akan terus berlipat ganda hingga empat juta orang pada tahun 2050.

Tak hanya berdampak pada fungsi kognitif otak dan kemampuan fisik pengidapnya, alzheimer juga menimbulkan tekanan ekonomi serta psikologis untuk orang dekat dan yang merawat penderita.

Musik, sebagaimana dikaji para ahli di berbagai negara, semakin diyakini dapat menimbulkan efek positif bagi pengidap alzheimer. Namun sejauh mana dampak musik pada para pengidap penyakit ini?

Johannes (77 tahun) sudah hampir sembilan tahun mengidap alzheimer. Akhir September lalu, dia menjawab beberapa pertanyaan saya dengan jawaban singkat.

Johanes hanya mengucap satu atau dua kata untuk setiap pertanyaan saya. Jawaban itu pun keluar setelah dia dipancing berkata-kata oleh Amelia, menantu sekaligus orang yang merawatnya (caregiver) sehari-hari.

Namun Johannes 77 kali menuturkan berbagai kata berbeda saat Amelia memintanya bernyanyi. Johannes melantunkan empat bait lagu berjudul Balada Pelaut yang dipopulerkan Melky Goeslaw pada dekade 1970-an.

"Sapa bilang pelaut mata keranjang. Kapal bastomlapas tali lapas cinta. Sapa bilang pelaut pamba tunangan. Jangan percaya mulut rica-rica," begitu petikan lirik lagu berbahasa Manado yang disenandungkannya.

ALZHEIMER
Keterangan gambar, Mayoritas penderita alzheimer berusia di atas 65 tahun.

Johannes memiliki karier panjang sebagai dokter spesialis penyakit dalam di Jakarta. Sebelum didiagnosis mengalami alzheimer, kata Amelia, mertuanya merupakan sosok yang komunikatif.

Salah satu kegemaran Johannes adalah aktivitas karaoke. Menguasai beberapa bahasa, dia fasih menyanyikan lagu dari berbagai daerah dan negara.

"Saya hitung dia bisa menyanyi lima lagu yang bahasanya berbeda. Jadi saya buat patokan, lima lagu lima bahasa itu standar untuk melihat apakah kemampuan berbahasanya menurun," kata Amelia.

Menurut Amelia, patokan itu penting untuk memantau kondisi Johannes. Seiring alzheimer tingkat lanjut yang diderita Johannes, fungsi kognitifnya secara perlahan menurun, apalagi setelah tak lagi rutin mengikuti kegiatan kolektif lansia.

"Dulu kalau berkenalan dengan orang baru, mertua saya tanya 'kamu dari mana?', kalau jawabannya dari Medan, dia akan nyanyi lagu bahasa Medan. Tapi karena kemampuan bahasanya menurun, akhirnya dia hanya menyanyi lagu itu-itu saja," kata Amelia.

ALZHEIMER

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Dunia medis hingga kini masih sepakat bahwa alzheimer tak dapat disembuhkan.

Apa itu alzheimer?

Alzheimer adalah penyakit yang menurunkan daya ingat, kemampuan berpikir dan berbicara serta mengubah perilaku seseorang.

Fungsi otak para penderita penyakit ini berkurang secara bertahap. Sebagian besar pengidap alzheimer merupakan orang berusia di atas 65 tahun.

Alzheimer adalah satu dari lima penyakit yang berkaitan dengan demensia atau gejala penurunan fungsi kogntif.

Saat mulai merawat mertuanya, Amelia tak memiliki cukup pengetahuan tentang alzheimer. Tekanan mental senantiasa menyerangnya saat merawat dan mendampingi Johannes.

"Suatu kali di mal, mertua saya tiba-tiba jalan ke pot bunga. Dia buka celana di depan umum dan pipis di situ," kata Amelia.

"Pernah juga sewaktu kami terjebak macet di tol. Dia buka pintu mobil. Dia bilang mau pipis. Kami panik sekali."

"Banyak sekali tindakannya yang awalnya membuat kami tidak nyaman dan stres. Kalau tidak tahu penyakit ini dan bagaimana mengatasinya, betul-betul berat," ujar Amelia.

Michael Dirk, Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia, sebuah kelompok pendamping penderita alzheimer atau orang dengan demensia (ODD), menyebut masyarakat Indonesia kerap menyederhanakan penyakit ini sebagai kepikunan.

Padahal, kata Michael, penanganan yang keliru dan terlambat berpotensi mempercepat hilangnya fungsi otak penderita alzheimer.

Michael berkata, perawat dan pendamping pengidap alzheimer membutuhkan setidaknya persiapan mental dan edukasi yang cukup. Dua hal itu disebutnya tak bisa didapatkan dalam waktu singkat.

"Pada tahap awal, keluarga yang harus persiapkan diri. Emosi ODD naik-turun jadi keluarga perlu menerimanya dan membuat sistem dukungan psikologis di antara anggota keluarga," kata Michael.

"Pada tahap akhir, ODD sudah tidak berdaya, lebih banyak di tempat tidur. Keluarga harus membuat ODD tetap beraktivitas," ujarnya.

ALZHEIMER

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Pengidap alzheimer tak dapat menjalani kehidupan sehari-hari tanpa bantuan perawat atau pendamping.

Bisakah musik sembuhkan alzheimer?

Dunia kedokteran hingga saat ini masih satu suara bahwa alzheimer bukan penyakit yang bisa disembuhkan.

Namun lewat musik, fungsi kognitif penderita alzheimer dapat meningkat walau hanya bisa bertahan beberapa saat.

Pendapat itu dikatakan Monica Subiantoro, terapis musik profesional sekaligus kandidat doktor di University of Melbourne, Australia.

Monica berkata, terapi atau aktivitas musik juga dapat memperbaiki kondisi psikologi, perilaku, dan sosial penderita alzheimer.

"Memori musik yang kita miliki sejak kecil bisa bertahan sampai usia sangat lanjut. Itulah yang digunakan untuk menjangkau ODD walau mereka sulit berbicara atau berekspresi," ujar Monica.

"Ketika mendengar musik yang mereka kenal, ODD bergerak, tersenyum lalu bersenandung. Ada juga yang mengajak orang di sebelahnya berdansa."

"Situasi yang tidak muncul dalam kondisi biasa terlihat saat atau setelah mereka mendengarkan musik yang familiar," kata Monica.

ALZHEIMER

Sumber gambar, Science Photo Library

Keterangan gambar, Perbandingan otak penderita alzheimer (kiri) dan otak yang tak terganggu penyakit apa pun.

Musik apa yang bisa digunakan dalam terapi?

Lagu atau musik yang dekat dengan sang penderita alzheimer, kata Monica. Dalam pengalaman Johannes, lagu yang masih selalu dia ingat adalah Balada Pelaut.

Amelia sempat memutarkan lima lagu lain dari dekade 1960-an dan 1970-an untuk Johannes. Dua di antaranya adalah lagu Widuri dan Sepanjang Jalan Kenangan.

Namun mantan dokter kemiliteran itu tak menunjukkan reaksi yang sama saat didiminta menyanyikan lagu kegemarannya.

Monica berkata, aktivitas musik yang bisa diterapkan kepada penderita alzheimer bisa berupa mendengarkan atau menyanyikan lagu.

Walau bisa dilakukan antara penderita alzheimer dengan perawatnya, kegiatan bermusik secara kolektif disebut Monica memberikan efek positif yang lebih besar.

"Tujuan menggunakan musik secara berkelompok adalah melakukan kegiatan bermakna secara bersama-sama," ujarnya.

"Daripada di rumah kesepian dan tidak berkegiatan, penderita akan mendapatkan manfaat dari kolektivitas. Itu hal positif," tutur Monica.

Tak cuma berdampak kepada pengidap alzheimer, Monica menyebut aktivitas bermusik juga bisa menyokong psikologi perawat, pendamping maupun anggota keluarganya.

"Musik membuat caregiver terhubung kembali dengan ODD yang kemampuan verbalnya sudah sangat menurun," ujar Monica.

ALZHEIMER

Sumber gambar, EPA

Memusikkan komunitas alzheimer

Walau berefek positif bagi pendamping dan penderita alzheimer, terapi musik dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia.

Menurut Monica, selain pengetahuan alzheimer yang tak dimiliki sebagian besar masyarakat, jumlah terapis musik terakreditasi juga sangat minim di Indonesia.

Padahal Monica menyebut peran terapis musik penting untuk memberikan intervensi psikososial secara terarah kepada penderita alzheimer.

"Tenaga profesional punya tujuan yang disesuaikan dengan pengamatan awal. Kegiatan musik rekreasional mungkin ada unsur terapi, tapi belum tentu menimbulkan efek psikologis, fisiologis, atau memperbaiki hubungan ODD dengan keluarga," ucapnya.

Namun kegiatan bermusik yang dilakukan secara swadaya, di panti maupun rumah masing-masing penderita alzheimer, tetap perlu ditumbuhkan, kata Monica.

Untuk membuat aktivitas itu lebih bermakna, ia menilai pelatihan terhadap pendamping dan perawat merupakan salah satu solusi.

"Tenaga profesional bisa membagikan pengetahuan dan memfasilitasi pelatihan terhadap caregiver," ujarnya.

"Mereka bisa tahu kenapa aktivitas bermusik itu dilakukan sehingga bukan tanpa latar belakang sama sekali."

"Jadi intervensi musiknya bisa terarah. Pengetahuan ini bisa terus diturunkan agar terapi musik bisa digunakan untuk masyarakat yang lebih luas," kata Monica.

Michael Dirk menyebut komunitas alzheimer yang dia pimpin sejak 2017 berupaya terus memperluas jangkauan musik terhadap ODD.

Berbagai pertemuan virtual selama pandemi Covid-19 misalnya, mereka gelar untuk menyisipkan aktivitas bermakna kepada penderita alzheimer.

"ODD mungkin kehilangan keterampilan verbal, tapi ritmik mereka bertahan dalam waktu lama. Dari kegiatan itu, musik terbukti bisa memicu kenangan, menggerakkan tubuh, dan medium komunikasi penderitanya," kata Michael.

ALZHEIMER

Sumber gambar, Science Photo Library

Keterangan gambar, Ilustrasi kondisi otak penderita alzheimer.

Butuh perjuangan

Bagaimanapun, Amelia menyatakan bahwa merawat pengidap alzheimer bukanlah perkara mudah.

Pendampinig, menurutnya, harus tetap sehat secara fisik dan mental agar fungsi kognitif orang yang mereka dampingi tak terus menurun.

"Walau saya sudah ikut pelatihan dan berpengalaman merawat mertua selama beberapa tahun, bukan berarti saya bebas stres. Tapi setidaknya saya memikirkan bagaimana mengatasi stres itu," ucapnya.

"Me time atau waktu mengurus diri sendiri direkomendasikan komunitas alzheimer sedunia. Pendamping dan perawat adalah manusia dan tidak bisa berada di dekat ODD terus-menerus."

"Saya sempat mengurus dua ODD. Me time saya cuma malam, saya keluar rumah sejenak untuk makan atau belanja di swalayan," kata Amelia.

Ada pula isu ekonomi dalam penanganan penderita alzheimer.

Michael Dirk mengatakan perawatan standar untuk ODD setiap bulan bisa mencapai Rp10 juta. Uang itu untuk menebus obat, membayar jasa dokter atau rumah sakit, hingga makanan bergizi harian.

Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar penderita alzheimer berada di negara dengan perekonomian sedang dan rendah.

Meski begitu, Michael menyarankan masyarakat untuk memeriksakan gejala alzheimer ke puskesmas terdekat.

"Dokter dan petugas medis di puskesmas sudah punya standar layanan minimal untuk mendeteksi orang dengan demensia. Jadi warga seharusnya bisa mengakses layanan itu," katanya.